Diberdayakan oleh Blogger.

Kurang Piknik atau Kurang Dzikir?



Akhirnya tergelitik juga buat nulis tentang ini. 

Yes. Timeline facebook kemarin sempet diwarnai dengan seliweran tulisan tentang bahasan 'kurang pikniknya' ibu rumah tangga. Bahkan saya pun sempat meng-amini dan menshare tulisan tersebut.

Namanya di medsos, tulisan yang mewakili hati sedikit aja langsung jadi viral. 

Gak tau juga sih siapa yang pertama kali mengunggah gambar itu ke medsos, tapi bunyi tulisannya begini:

"Ibu rumah tangga butuh piknik 10 kali lipat dibanding ibu yang bekerja. Bayangkan 24 jam dengan kekacauan dan cobaan anak kecil yang diam hanya saat tidur. Kewarasan pasti tinggal beberapa persen saja. Ibu bekerja masih bertemu dengan teman, masih bisa menghirup udara yang segar di luar rumah."

Seperti yang saya bilang, saya mengamini tulisan tersebut, dan juga mempostingnya di time line saya. Soalnya saya juga merasa begitu, merasa butuh piknik. Walau kadar kebutuhannya gak nyampe 10 kali lipat.


Jadi inget, belum lama ini Mbak Arin seorang Blogger ketjeh dari Bogor membuat sebuah giveaway blog PIKNIK ITU PENTING. Pesertanya bejibun, tapi saya gak sempet ikutan *duh nyesel* bukan cuma ibu rumah tangga yang ikut. Gadis belia, mas-mas, bapak-bapak, juga pada ikutan giveawaynya Mbak Arin. 

Haaa.. mungkin memang kita semua butuh piknik. Jadi pada semangat banget deh nulisnya.

Eh, iya balik lagi ke tulisan tentang ibu rumah tangga butuh piknik 10 kali lipat. Kenapa saya mengamini tulisan tersebut?


Ya karena saya emang merasa bahwa ibu rumah tangga -seperti saya- ini butuh piknik. Bukan tentang 10 kali lipatnya sih, tapi yang jelas butuh keluar rumah sejenak untuk mencari INSPIRASI dan MOTIVASI baru di luar rumah. 


Gak usah mikir jauh pikniknya kemana, diajak naik komuter line sama si Abbiy aja udah seneng bangetttt T______T 

Diajak naik motor ke Puncak aja udah girang banget. 

Diajak beli makanan ke Car*f*ur aja udah hore-hore banget. 

Saya gak minta di ajak piknik di Korea sambil makan Kimbab di bawah pohon Cherry Blossoms yang sedang bersemi kok. Tenang, saya masih waras banget kalau soal ini. 

Kalaupun saya butuh piknik, ya palingan piknik bareng Abbiy sama Kifah. Gak mesti mahal dan jauh. Bawa bekel trus ngegelar tiker diantara hutan pinus juga udah asik banget. Gak jauh dari rumah dan gak mahal. 

Kalau pun lagi ga punya budget, diajak kukurilingan naik motor juga udah happy banget. 

Baca juga tentang family touring di sini. 

Piknik dan Me Time

Sebenernya ada juga yang membaca bahwa piknik bagi ibu rumah tangga ini sama dengan me time. Kalau me time-nya ibu-ibu itu biasanya pergi ke luar rumah tanpa membawa anak-anak.

Udah banyak juga yang nulis tentang ini, karena topik ini digadang-gadang jadi bahasan untuk Mom Wars, jadi bahasan saya gak kesana ah, udah basi, basi banget.

Me time juga banyak bentuknya. Ada yang katanya pergi ke salon, pergi belanja, pergi sama temen, atau menekuni hobi tanpa ada gangguan dari luar hanya dalam beberapa waktu saja.

Kalau yang suka naik gunung kayak Mbak Evrina, kayaknya naik gunung itu me time banget ya. Apalagi naik gunungnya juga bareng suami. Tcieee.

Mbak Windy Teguh juga pernah bahas tentang Me Time di blognya. Silakan berkunjung ke blognya Mbak Windy ya.


Jadi, kalau ibu rumah tangga butuh piknik atau me time ya bagi saya itu mah WAJAR. Asal gak melakukan hal yang macem-macem yang mengganggu stabilitas rumah tangga. 

***

Setelah tulisan tentang PIKNIK itu viral, ada juga netizen yang membalas dengan typografi yang sejenis.

Tulisannya begini:

"Ibu rumah tangga butuh piknik 10 kali lebih banyak? yakin kalau sering keluar ninggalin rumah dan anak-anak untuk 'me time' bakal lebih tenang dan bahagia? Kalau pengen ikhlas ya ikhlaskan saja. Kalau susah ya banyakin tilawah sama do'a minta sama yang menguasai hati dan jiwa biar tiap memandang sudut rumah yang berantakan lagi setelah kau bersihkan atau tingkah polah anak-anak yang membuatmu lelah kau bisa melihatnya sebagai tabunganmu menuju SurgaNya"

Halo Mbak Penulis tulisan ini, saya gak bermaksud menjadikan topik ini jadi sarana mom wars ya. Peace, love, and gaul, eaaa ketauan banget jaman kapan saya lahir. 

Ya sebagai ibu-ibu yang di rumah, saya merasakan apa yang dirasakan oleh ibu rumah tangga lainnya. Ibu rumah tangga atau ibu bekerja sama saja, sama-sama perlu waktu untuk sekedar menikmati hidupnya, bukan untuk berlebih-lebihan dalam bersenang-senang, hanya waktu untuk rehat sejenak dari segala rutinitas yang pasti menimbulkan suatu titik jenuh.

Note: Piknik atau Me Time bukan sarana mengeluh atau lari dari kenyataan.


Adanya konsep me time juga memang tidak serta merta membebaskan para ibu untuk keluar rumah dengan seenaknya, bahkan ada yang sampai bablas. Konsep me time ini juga harus dipandang dengan bijak. Jangan sampai menjadi pembelaan untuk sebuah kesalahan di kemudian hari.

Misalnya, kita mau ketemu sama temen-temen, padahal agendanya cuman cekakak cekikik doang, ya kalo itu sih saya juga mikir lagi, sekiranya mau me time ya cari juga me time yang produktif. 

Ketika saya aktif di dalam organisasi kampus dulu, tsaahh. Ketika kita mengalami kejenuhan, atau ada yang mengistilahkannya futur (kondisi iman sedang turun) kita harus sesegera mungkin menaikan kondisi keimanan kita, ya bener kata Mbak tadi, perbanyak tilawah atau dzikir. Karena mungkin saja, kejenuhan kita di rumah karena kita lalai dalam mengingat sang pencipta segala kondisi dan keadaan yang sedang kita tempuh.

Tapi saya juga tidak menafikan konsep rihlah, atau bertadabur alam. 

IYES. Ketika saya jenuh, saya juga memilih keluar rumah. Bukan serta merta cari hiburan, tapi saya juga ingin mencari inspirasi yang lain, yang berserakan di luar rumah. 

Jadi bukan berarti saya me time hanya untuk senang-senang belaka. Karena kondisi ruhiyah kita pun perlu diisi out put dari mana saja arah datangnya. Salah satunya dengan jalan-jalan atau piknik itu tadi.

Dan bahkan seorang ulama pun mengatakan, jika kita merasa dalam kejenuhan, lakukanlah sebuah perjalanan. 

***

Kalau pun ada ibu rumah tangga yang bisa menjaga kestabilan emosi dan pikiran tanpa harus keluar rumah, bagi saya sih sungguh luar biasa. Tapi, jika ada ibu lain yang ingin menyegarkan pikiran dengan keluar rumah saya rasa harap dimaklumi. Ada kalanya "nasehat" "pelajaran" untuknya ada dalam sebuah perjalanan yang ia lakukan.

Kondisi setiap ibu memang benar-benar berbeda satu sama lain. Metode A mungkin cocok untuk individu A, tapi bisa jadi sangat bertolak belakang dengan individu B.

Saya juga pernah berbagi cerita dengan teman sekaligus kakak saya Teh Intan Puspita Sari. Beliau sangat suka Crafting, sejak SMA produk-produknya sudah banyak, hingga sekarang beliau sangat suka crafting dan juga menjahit, bahkan ia membuat komunitas sebagai wadah kreatifitas para ibu rumah tangga belajar crafting dan kerajinan lain. Dan disitulah me time yang ia lakukan, crafting, merajut, menjahit, dan berbagi dengan ibu lain.

Sementara saya?

Saya lebih suka jalan keluar. Bahkan cita-cita saya kepingin jadi backpaker muslimah yang bisa pergi berpetualang menapaki hamparan bumi Allah yang maha luas. Bisa gitu? Amiinin aja siihhh.

***

Jadi, kesimpulan saya sih, me time atau pikniknya orang bisa beda-beda caranya. Gak mesti sama. Hebat yang bisa me time tapi tetap bisa di rumah, dan luar biasa yang masih bisa me time di luar rumah tapi anak-anak dan suami bisa terkondisikan dengan baik.

Me time atau piknik itu adalah hal wajar. Yang haram itu jika semuanya sudah sangat berlebihan. Perihal piknik sepuluh kali lipat mah mungkin itu hanya luapan emosi sesaat dari penulisnya, kita juga harus bijak dalam menyaring informasi, jangan menelannya mentah-mentah.

Suami dan anak juga harus mendukung, jangan sampai mau me time tapi nyelonong gitu aja keluar rumah. 


Huhuhu.. Tulisan ini pendapat saya pribadi ya readers, kalau yang mau bertukar pikiran ya monggo. 






Burung Irian burung cendrawasih, cukup sekian dan terima gajih.

Wassalam.


5 komentar

  1. apapun caranya yg penting bahagia :)

    BalasHapus
  2. apalagi penulis keren ky mbak dewi, pasti butuh bnyk inspirasi dr mana-mana yaa.. :)

    BalasHapus
  3. wah jadi seru ini, ada sudut pandang seorang suami. Jadi sbg istri ga skdr pembelaan diri. hihi.


    mksh sudah berkomentar di sini :)

    BalasHapus
  4. iya yah mbak ina.. kok aku jd kepikiran juga.. agendain buat ibu :)

    BalasHapus
  5. wah mbak el lg nulis buku lagi.. iya jgn dibenturkan, kn kita hrs hidup tawazun.. sehat ruhani dan jasmani.. jiwa dan raga hrs fit apalagi emak -emak.. :)

    BalasHapus