Saya pernah cerita tentang Alerginya Kifah di blog ini. Kifah
alergi protein sapi waktu bayi hingga kira-kira umur 2 tahunan. Setiap habis
minum susu yang mengandung protein sapi, atau pun produk turunannya yang
terbuat dari susu seperti keju atau biskuit, pasti timbul ruam merah di wajah
dan badannya. Hingga akhirnya alergi itu sembuh dengan sendirinya seiring
pertumbuhan Kifah sendiri.
Sekarang lain cerita, Kifah sering sakit juga. Tapi sakitnya
itu sakit batuk. Pokoknya setiap makan makanan yang terlalu manis, atau jajanan
apa lah gitu pasti Kifah langsung batuk. Termasuk makan buah rambutan, apalagi
es krim, langsung deh batuk siang malem gak berhenti.
Selain batuk karena makan sesuatu, Kifah juga batuk kalau
kena cuaca dingin. Waktu masih LDR-an sama Abbiy-nya Kifah, saya dan kifah
sering bulak balik Bogor Bandung.
Bogor cuacanya sudah mulai panas, sedangkan Bandung dinginnya
bukan main. Apalagi keluarga saya tinggal di Bandung utara, yang suhu udaranya
bijsa 18 derajat celcius. Tiap hari Kifah harus pake jaket dan dibalur kayu
putih supaya gak kedinginan. Tujuannya supaya gak timbul batuk.
Menggunakan Obat Batuk
Biasa
Sudah berbagai merk obat batuk saya pakai, tapi gak ada
efek sama sekali. Batuknya tetep aja
bandel gak mau pergi.
Sampai akhirnya saya ke dokter spesialis anak untuk
konsultasi, tapi dokternya nggak ngasih jawaban yang memuaskan. Cuma kasih obat
aja tuh.
Tapi meskipun sudah dikasih obat, Kifah tetep batuk terus.
Batuknya masih mudah terpicu, dan lama sembuhnya. Hingga suatu hari batuknya
makin jadi, dan saya membawa Kifah ke Rumah Sakit.
Nebulizer
Setelah mendapat rekomendasi dari beberapa teman kantornya
Abbiy, Kifah dibawa ke rumah sakit di daerah Cibinong, dan ternyata Kifah harus
diuap/nebulizer. Fungsinya sih untuk mengencerkan dahak dan melegakan paru-paru
yang sesak.
Alat uap itu sendiri berbentuk masker yang dialiri uap panas mengandung
obat kimia, kemudian asap itu dialirkan lewat selang dan masuk ke saluran
pernafasan.
Karena uapnya panas dan berbau, Kifah nangis jejeritan.
Secara dia baru banget dikasih alat yang aneh-aneh gitu sepanjang hidupnya.
Setelah uapnya habis dan alatnya dilepas, Kifah masih nangis-nangis,
katanya uapnya bau obat. Dia gak suka.
Ke DSA Lagi
Di rumah sakit, Kifah hanya diuap, gak dikasih obat sama
sekali. Atas saran dari temennya Abbiy, kita cari DSA yang bagus di sekitar
Cibinong. Ketemulah DSA yang katanya ramai pengunjung di sebuah klinik.
Di situ saya tanya-tanya dan dokternya pun menjelaskan
lumayan detail tentang batuk Kifah yang sulit sembuh.
Pertama, batuk ini adalah batuk alergi. Yaps,
batuk ini adalah reaksi berlebihan dari tubuhnya Kifah. Menurut dokternya,
Kifah jangan sampai kena debu, asap rokok, makanan yang manis dan berpengawet,
cuaca dingin, pokoknya semua alergen harus dihindari.
Dan kemungkinan, karena dulu waktu bayi pernah alergi protein
sapi yang reaksinya ke kulit, sekarang Kifah alerginya debu atau cuaca yang
reaksinya ke pernafasan.
Kedua, batuk ini juga bisa ada karena
faktor keturunan. Dokternya nanya, “Bu, orang tuanya ada yang punya asma? Atau kakek
neneknya?”
Saya dan suami kompak berkata tidak. Kami berdua tidak punya
riwayat asma. Begitupun kakek neneknya. Tapi dokternya nggak percaya, hahaa.
Katanya harus diinvestigasi dulu, siapa yang punya bakat asma di keluarga. Tapi
sampai sekarang kita belum tanya-tanya lagi lebih detail sama keluarga sih,
siapa yang punya asma.
Ketiga, batuk ini akan hilang dengan
sendirinya ketika anak berusia 10 tahun. Huwooww, lama juga yaa. Tapi dokternya
memang bilang begitu, berdo’a saja supaya hilang batuknya dengan berjalannya
waktu. Sama seperti alergi sebelumnya. Karena kalau nggak, batuk ini akan diderita
seumur hidup. Naudzubillahmindzalik.
Diberi Obat
Oleh DSA yang satu ini, Kifah dikasih obat berbentuk serbuk
yang diminum 3 kali sehari tetapi harus ON TIME. Yaitu setiap jam 10 pagi, jam
5 sore, dan jam 11 malem.
“Kalau jam 11 malem udah tidur gimana, Dok?”
“Ya dibangunin aja anaknya, pokoknya harus jam segitu.”
Duh, saya jadi bingung juga sih. Gak tega bangunin anak kalau
udah pules. Tapi untungnya Kifah kooperatif banget tiap sesi minum obat, gak
pernah nolak. Dan untuk minum obat yang jam 11 malem itu, dia nunggu dulu
sambil main-main, setelah jam 11 baru dia tidur.
*Peluk Good Boy*
Jangan Jajan Sembarangan
Sekarang makanannya Kifah terutama jajanan, saya batasin
banget. Apalagi permen, es, coklat, snack yang kadar pengawetnya tinggi,
pokoknya dijarangin banget jajannya. Boleh jajan tapi jarang, dan itu pun harus
makan dulu di rumah yang banyak, supaya gak sakit.
Awalnya sih susah, Kifahnya ngadat terus kalau gak boleh
jajan, tapi lama-lama dia ngerti juga.
Cek ke Dokter
Kalau anak batuk dan gak bisa hilang dengan obat batuk biasa,
lebih baik periksa ke dokter, baiknya sih DSA supaya bisa konsultasi detail. Karena
menurut yang saya baca, persentase anak alergi sekarang makin tinggi loh. Jadi
khawatir kan.
Dan dokterpun mengamini, kalau udara dan cuaca saat ini sudah
gak bagus untuk kesehatan. Bahkan dokternya bilang, rata-rata anak yang dibawa
ke klinik penyakitnya sama. Batuk dan perlu di nebulizer secara berkala.
Malah temennya Abbiy udah punya alat uap sendiri di rumah,
kalau-kalau anaknya kambuh bisa langsung
diuap sendiri tanpa ke dokter.
Duh kalau saya sih berharap jangan sampai gitu, semoga
kedepannya Kifah bisa sehat selalu.
Ada yang punya pengalama sama? Share Yuk
Katanya inhaler kurang bagus buat anak, karena itu dosisnya untuk dewasa. Dan kalau udah pakai inhaler itu udah dosis yang paling tinggi, jadi kasian anaknya nanti kalau kambuh harus minum obat yang dosis tinggi begitu. Itu kata dokter di klinik deket rumah yang biasa nanganin anak kalau asmanya lagi kambuh.
BalasHapus