Diberdayakan oleh Blogger.

Cara Mudah Menghindari Kepala Bayi Peyang yang Wajib New Mom Ketahui

 



“Bu, kok  kepala bayi ibu peyang sebelah?”

 

Begitulah tanggapan julid tetangga dan beberapa kerabat ketika melihat adik laki-laki saya waktu kecil. Rambutnya yang selalu dibuat botak atau cepak ala tentara membuat bentuk kepalanya yang peyang atau tidak bulat merata nampak jelas di mata setiap orang. Dan tentunya membuat orang ‘gatal’ ingin berkomentar.

 

Saat itu usia saya masih sekitar 12 tahun, tentunya belum paham kenapa bentuk kepala adik laki-laki saya miring di satu sisi atau dikenal dengan istilah ‘peyang’. Dan sayangnya bentuk kepala yang tidak bulat merata tersebut terbawa hingga dewasa dan sulit untuk ‘diperbaiki’ kembali.

 

Ketika saya sudah dewasa, menikah, hamil dan akan melahirkan, saya teringat akan kejadian ini. Bahwa ibu saya dulu sering dikomentari oleh orang lain terkait kepala bayi (adik saya) yang peyang ke satu sisi, sehingga bentuknya tidak bulat sempurna. Seketika itu pula saya segera mencari tahu, apa penyebab dan bagaimana mengatasi kepala bayi peyang, agar hal ini tentunya tidak terjadi kepada anak saya ketika lahir.

 

Pertama tentunya untuk menghindari bullying kepada ibu pasca melahirkan, dan yang kedua tentunya saya mencari tahu apakah ada efek kesehatan yang akan timbul jika kepala bayi peyang seperti itu.

 

Penyebab Kepala Bayi Peyang

 

Ketika baru dilahirkan, tulang kepala bayi sangatlah lunak, sehingga ketika ada tekanan di sebelah sisi tertentu, maka akan terlihat sekali bentuknya menjadi miring atau dikenal dengan istilah peyang. Secara umum ada tipe jenis ‘kepala bayi peyang’ yang dikenal yakni Plagiocephaly atau peyang di sisi samping kepala bayi, dan Branchycephaly atau peyang di sisi belakang kepala bayi.




Menurut beberapa sumber yang saya baca, kepala peyang pada bayi disebabkan oleh posisi yang salah Ketika tidur, misalkan selalu tidur terlentang atau miring di satu sisi saja. Selain itu, kepala bayi peyang juga bisa disebabkan karena gangguan yang terjadi dari dalam rahim ibu.


Baca juga: Pengalaman Melahirkan Anak Kedua


Berbekal Pengalaman, Begini Cara Mudah Menghindari Kepala Bayi Peyang

 

1. Menghindari Tidur pada Posisi yang Sama




Banyak new mom yang merasa kelelahan pasca melahirkan sehingga terkadang lupa untuk memperhatikan posisi tidur bayi. Ada yang membiarkan bayinya terus-terusan tidur dalam posisi tidur terlentang atau pun miring ke satu sisi saja. Karena tulang tengkorak bayi yang masih lunak tadi, posisi seperti ini akan membuat kepala bayi menjadi flat atau datar di bagian tertentu saja (bagian belakang atau sisi kanan/kiri).

 

Walau pun pasca melahirkan itu sangat melelahkan, diusahakan new mom tetap berusaha memperhatikan posisi tidur bayi, jangan tidur dalam posisi yang lama dalam jangka waktu yang lama,  karena tentu saja ini sangat berpengaruh kepada bentuk kepala bayi, dan menghindari kepala bayi peyang yang tentunya sedikit banyak akan mempengaruhi ‘kehidupan’ bayi di masa depan.

 

2. Menggunakan Bantal Khusus




Saat kehamilan saya memasuki usia 7 bulan, saya mulai membeli berbagai perlengakapan bayi termasuk bantal bayi khusus anti peyang. Bentuk bantalnya sangat unik karena memiliki lubang di tengah bantal.

 

Awalnya saya merasa bantal ini sangat unik atau lebih tepatnya aneh, karena biasanya kita senang jika tidur pada bantal yang empuk, bukan bantal yang berlubang. Namun nyatanya, bantal bayi anti peyang ini memang didesain agar kepala bayi bulat sempurna, tidak miring ke satu sisi kanan atau kiri atau pun rata/flat di bagian belakang kepala.

 

Ketika anak pertama saya berhasil memiliki bentuk kepala bayi yang bulat sempurna, maka saya memutuskan untuk menjadikan bantal kepala bayi anti peyang sebagai barang wajib yang harus dibeli ketika saya hamil dan akan memiliki bayi Kembali.


Baca juga: Mempersiapkan Mental Menghadapi Persalinan

 

3. Mengubah Posisi saat Menyusui




Sama halnya dengan posisi tidur bayi, new mom yang Lelah pasca melahirkan akan merasa ‘malas’ untuk mengubah posisi menyusui bayi jika dirasa posisi tersebut membuat nyaman bagi ibu dan juga bayi. Padahal jika dibiarkan, hal tersebut akan membuat kepala bayi menjadi peyang atau tidak memiliki bentuk yang bulat sempurna.

 

Sebelum bayi berusia 3 bulan atau saya kira tengkorak kepalanya sudah mengeras, saya selalu mengubah posisi menyusi bayi, terutama posisi menyusui sambil berbaring di tempat tidur. Karena baisanya saking nyamannya, kita lupa untuk mengubah posisi tersebut dan ikut tertidur bersama bayi, hehehe.

 

Dampak Kepala Bayi Peyang bagi Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi


Dilansir dari berbagai sumber, bentuk kepala bayi peyang atau miring di satu sisi atau di rata/flat di bagian belakang kepala, tidak memiliki dampak pada pertumbuhan dan perkembangan bayi, hanya saja dampak yang ditimbulkan lebih ke dampak fisik.

 

Seperti yang ibu saya alami, jadi banyak komentar miring terhadap bentuk kepala adik saya yang dirasa terlihat asimetris. Jadi menurut saya pribadi sih, dari pada ‘memancing’ komentar netizen nantinya, lebih baik kita sebagai new mom berusaha untuk menjaga bentuk kepala bayi agar tetap bulat sempurna.

 

Selain itu, di masa depan bisa saja anak-anak kita menjadi korban bullying karena memiliki bentuk kepala yang berbeda. Untuk itu, tidak ada salahnya agar kita berusaha untuk menjaga bentuk kepala bayi kita agar tidak menjadi sasaran bullying fisik oleh para oknum netizen yang tak memiliki empati dan tidak memiliki hati nurani.


Baca juga: Agar Anak Tidak Tumbuh Menjadi Generasi Strawberry

 


Informasi seputar kesehatan dan berita yang up to date bisa Mama dapatkan juga di Beranda.co.id, ya, yakni portal berita online yang selalu menyajikan berita yang terbaru dan memberikan insight berbeda kepada pembaca untuk menambah khasanah pengetahuan dan juga informasi yang diperlukan seputar gaya hidup, Kesehatan, ekonomi, bisnis, inspirasi, travel, dan lain sebagainya.

 

Punya pengalaman seputar kepala bayi peyang juga, Ma? Atau punya tips lainnya? Yuk, sharing di kolom komentar! Siapa tahu bermanfaat untuk Mama lainnya, lho!

 

5 Skill yang Harus dimiliki Anak agar Tak Jadi Generasi Strawberry

 


 

“Dasar generasi strawberry!” Keluh seorang guru yang mengajar di bangku sekolah dasar.


Setelah membaca resume buku Strawberry Generation dan membaca motivasi Helmy Yahya yang syarat akan perjuangan hidupnya yang berliku, saya menyadari satu hal, yakni hari ini kita sedang menciptakan Generasi Strawberry.


Bukan hanya saya sebagai orang tua, guru pun merasakan hal yang sama. Semenjak mulai mengajar anak-anak di kelas rendah, guru menemukan banyak ‘keganjilan’ yang terjadi. Seperti anak yang cenderung kreatif namun mudah menyerah, anak yang tidak mampu berkomunikasi untuk menyelesaikan masalahnya, ditambah orang tua murid yang selalu ‘berpesan’ ini dan itu kepada sang guru setiap harinya.

 

Fix! Ini sih, Namanya generasi strawberry, yakni generasi yang terlihat cantik dan indah diluar namun ternyata mudah rapuh di dalam.

 

Tidak ada definisi pasti tentang Generasi Strawberry ini, namun beberapa kali Prof. Rhenald Kasali berkomentar tentang Generasi Strawberry yang memiliki ciri-ciri kreatif, kritis, penuh rasa ingin tahu, namun mudah menyerah, lemah akan tanggung jawab, tidak berorientasi pada solusi ketika menghadapi masalah  (menyalahkan faktor lain) dan cenderung tidak mau mengandalkan dirinya sendiri.

 

Sama seperti opini-opini yang disampaikan oleh Prof. Rhenald Kasali mengenai Generasi Strawberry, setiap saya membaca perjalanan hidup para public figure, seperti motivasi Helmy Yahya, selalu ada benang merah antara perubahan karakter generasi dari zaman ke zaman.

 

Generasi Strawberry  tentu tidak terbentuk dengan sendirinya, pasti ada yang membentuk sikap mental seperti ini. Siapa yang membentuk anak-anak yang diduga menjadi Generasi Strawberry? Tidak lain dan tidak bukan, tentu kita, para ORANG TUA.

 

Salah satu hal yang paling saya rasakan ketika menjadi bagian dari elemen pendidikan anak di sekolah adalah banyaknya orang tua yang selalu men-takeover atau mengambil alih semua urusan anak-anaknya di sekolah.

 

Ketika anak menghadapi masalah, orang tua segera maju untuk pasang badan. Ketika anak diberi tugas, orang tua kerepotan untuk mengerjakan tugas anaknya di rumah, sementara sang anak berleha-leha tak berfikir bagaimana menyelesaikan tugas tersebut.

 

Ingat masalah orang tua yang melaporkan guru ketika sang guru menegur anak yang tidak shalat? Ini adalah salah satu bukti bahwa anak-anak saat ini mengalami pelemahan mental karena orang tua yang selalu siap menjadi solusi berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh anak-anaknya.


Baca juga: Anak Membuat Kita Tidak Bahagia?

 

Mencegah Anak Menjadi Generasi Strawberry

 


Salah satu tanggung jawab penting yang dimiliki oleh orang tua adalah membentuk karakter anak sesuai dengan syariat Islam, berakhlaq seperti Rosulullah SAW, dan tentunya memiliki mental kuat yang mampu diandalkan di zaman sekarang ini.

 

Karena kita sebagai orang tua, tak pernah bisa menemani anak-anak sepanjang hidup mereka. Kelak mereka akan dewasa dan kita pun akan menua, maka mempersiapkan anak dengan baik dari segi karakter menjadi hal utama.

 

Sedihnya, kebanyakan orang tua saat ini terlalu berfokus menyiapkan anak dari segi materi (dana pendidikan, perawatan, pengasuhan anak), tapi abai terhadap persiapan karakter anak untuk menyambut kehidupan dewasa kelak. Hingga beberapa waktu lalu muncul kasus seorang anak yang kuliah di Fakultas Kedokteran, memutuskan untuk bunuh diri di dalam mobil. Hal ini tentunya harus menjadi tanda tanya besar di benak setiap orang tua.

 

 

5 Skill yang Harus dimiliki Anak agar Tak Jadi Generasi Strawberry

 

Melihat realita yang terjadi sekarang, saya sebagai orang tua memiliki kesimpulan bahwa ada 5 skill dasar yang harus dimiliki anak agar tak jadi Generasi Strawberry. Skill apa saja kah itu?

 

1. Skill Komunikasi




Komunikasi bukan hanya berbicara dan sekedar berucap kata-kata. Komunikasi adalah salah satu cara manusia untuk menyampaikan gagasan, ide, pendapat, perasaan, dll melalui sebuah media dan akan menghasilkan efek tertentu.


Anak-anak harus dilatih berkomunikasi sejak dini, mereka harus bisa menyampaikan apa yang mereka pikirkan dan rasakan dengan baik dan benar. Sehingga tidak ada masalah tantrum yang berkepanjangan, salah paham/mis komunikasi, dan respon yang salah terhadap sebuah komunikasi.

 

Ketika ada masalah, biarkan anak berbicara dan berkomunikasi dengan baik. Misalkan ada konflik dengan temannya di kelas, biarkan anak yang memulai komunikasi dengan temannya, mengutarakan pendapat dan perasaannya, kemudian biarkan ia mendengar dan menyimak argumentasi dari teman yang sedang berselisih paham dengannya.

 

Jangan selalu orang tua yang mengambil alih untuk mendamaikan, untuk menyelesaikan masalah, atau bahkan tidak ingin berkomunikasi kepada pihak yang bersangkutan terkait masalah yang terjadi (menghindari/lari dari masalah).

 

Komunikasi adalah salah satu hal yang penting, ketika anak gagal berkomunikasi, maka ia akan gagal mengungkapkan apa yang ia pikirkan, apa yang ia rasakan, jika ini terus berulang, maka bersiaplah akan ada bom waktu yang meledak di kemudian hari.


Baca juga: Anak Kinestetik Baiknya diarahkan untuk Jadi Apa, ya?

 

2. Skill Negosiasi




Negosiasi adalah proses diskusi untuk menyelesaikan suatu masalah agar tercapai solusi bersama. Ketika anak tidak pernah dihadapkan kepada masalah, misalkan buku ketinggalan, tempat makan ketinggalan, salah pakai seragam, berkonflik dengan teman, tidak mengerjakan tugas, maka anak tidak akan pernah tahu cara untuk bernegosiasi dengan pihak lain yang bermasalah dengannya.

 

Sebagai contoh ketika buku pelajaran anak tertinggal di rumah. Biarkan lah anak ‘menaggung resiko’ kelalainnya tersebut. Jangan buru-buru meminta orang tuanya untuk mengantarkan buku yang tertinggal ke sekolah.

 

Biarkan anak bernegosiasi dengan guru, “Apa yang bisa saya lakukan ketika buku pelajaran tertinggal di rumah?” Kemudian akan muncul beberapa pilihan, bukan? Meminjam buku teman secara bergantian, meminjam buku di perpustakaan, dan lain sebagainya.

 

Ketika anak dihadapkan pada masalah kemudian ia bisa bernegosiasi dengan orang atau keadaan yang sedang terjadi, maka ia akan belajar untuk bertanggung jawab dan memahami bahwa setiap apa yang kita lakukan akan melahirkan sebuah resiko.

 

3. Skill Manajerial




Setelah anak bisa berkomunikasi dengan baik, mampu bernegosiasi dengan orang atau keadaan ketika sedang dihadapkan dengan sebuah masalah. Anak-anak pun harus diajari skill manajerial. Bagaimana ia harus mengatur dirinya? Bagaimana ia harus mengatur kegiatannya? Sebelum nanti ketika anak dewasa, ia bukan hanya harus mengatur dirinya, melainkan mengatur orang dan keadaan di sekitarnya juga.

 

Bagaimana ia bisa memenej orang lain atau lingkungannya ketika ia sendiri tidak selesai dengan dirinya sendiri?

 

Contohnya adalah ketika menyiapkan buku, seragam, sepatu, alat minum dan makan, biarkan anak yang mengatur semuanya sendiri. Biasakan membuat jadwal untuk melakukan hal tersebut, dan tahu konsekuensi ketika hal tersebut tidak dilalukan.

 

4. Skill Mengelola Emosi




Menurut Psikolog Paul Ekman, secara umum manusia memiliki 6 emosi dasar, yaitu terkejut, takut, marah, senang, jijik, dan sedih. Banyak sekali seminar parenting yang membahas soal mengelola emosi ini, emosi itu bukan hanya marah, emosi banyak macamnya dan bagaimana cara menyalurkannya?

 

Terkadang orang tua tidak mau repot ‘menghadapi’ emosi anak, sehingga menggunakan jalan pintas untuk menutup aliran emosi tersebut. Padahal ketika anak tidak memiliki kemampuan menyalurkan emosi dengan benar sejak kecil, maka ia akan kesulitan mengelola emosinya hingga ia dewasa.

 

Padahal di dunia orang dewasa, kegaduhan akibat emosi manusia ini akan sangat riuh sekali. Apalagi ketika anak sudah berada di lingkungan tertentu, jika ia tidak bisa mengelola emosinya sendiri, ia akan sibuk menyalahakan keadaan, seperti ‘lingkungan toxic, orang toxic, dll’

 

Mungkin saja, bisa jadi, bukan lingkungan atau orang yang toxic, melainkan anak yang tidak bisa ‘membawa diri’ dengan meregulasi emosinya dengan baik. Saya selalu yakin, orang yang sudah ‘selesai’ dengan dirinya, akan mudah mengatasi emosinya sendiri dan tidak mudah terpengaruh dengan limpahan emosi dari orang lain yang tidak pada tempatnya.

 

 

5. Skill Menyelesaikan Masalah




Semua skill yang sudah saya sebutkan di atas bagai irisan yang mendukung satu sama lain. Saya yakin skill yang satu ini pun menjadi salah satu akumulasi ketika anak sudah memiliki keempat skill yang sudah saya sebutkan tadi.

 

Kebanyakan orang ketika menghadapi masalah, akan cenderung membela diri, menyalahkan diri sendiri, atau menyalahkan orang lain. Padahal ketika seseorang menghadapi masalah, hal yang seharusnya menjadi tujuan adalah penyelesaian masalah yang berorientasi pada SOLUSINYA.

 

Ketika orang tua selalu mengambil masalah anak-anaknya, kemudian menyelesaikannya tanpa berdiskusi dengan anak, saya rasa anak tidak akan pernah tahu dan bisa menghadapi bahkan mencari solusi sendiri terhadap masalahnya.

 

Di kurikulum Merdeka yang sekarang berlaku secara nasional, anak-anak dituntut kreatif, inovatif, dan mengeksplor minat dan bakatnya. Ketika hal ini dilakukan, tentunya tidak akan mulus-mulus saja, pasti ada tantangan, masalah, dll. Anak harus bisa berpikir kritis sepaket dengan kemampuan mencari solusi. Jangan hanya diminta berpikir kritis, namun ketika ada masalah, orang tua ikut men-take over masalahnya.


Baca juga: Mengatasi Hambatan Belajar pada Anak dengan Online Learning


Begitupun ketika anak berkonflik dengan temannya, sebisa mungkin biarkan lah anak yang menyelesaikan masalah mereka sendiri. Karena nanti pada akhirnya, di masa dewasa, ia akan menerima pahitnya konflik, kegagalan, masalah, kekecewaan, dan lain sebagainya.

 

Biarlah anak tahu bahwa apa yang ia inginkan dan sesuatu yang ideal itu tidak mudah digapai, harus ada usaha untuk meraihnya dengan skill komunikasi, negosiasi, manajerial, mengelola emosi, dan juga skill menyelesaikan masalah demi masalah.

 

***

Sikap tegas kita sebagai orang tua tentunya menjadi KOENTJI untuk melatih 5 skill dasar yang harus dimiliki oleh anak. Mungkin kita merasa kasihan, sayang, khawatir kepada anak-anak kita, saya rasa itu sah dan valid sebagai orang tua, namun tetap kita harus menempatkan perasaan-perasaan tersebut pada tempat dan kondisi yang sesuai,


Jangan sampai kita membentuk anak menjadi Generasi Strawberry yang justru akan membuat mereka kesulitan di masa depan kelak, ketika tangan kita tak mampu lagi mendorong mereka, ketika kita sudah tak memiliki kekuatan untuk selalu menjadi tameng bagi mereka.


Akan kah kita membiarkan anak-anak kita menjadi generasi yang lemah? Atau sebaliknya, kita akan menjadi orang tua yang mengantarkan mereka menjadi manusia kuat yang siap berkontribusi untuk kesuksesan peradaban manusia?


Dengan Rp.10.000 Kamu Sudah Bisa berwakaf di sini! #Wakaferse

 

“Eh, wakaf, yuk!”

“Wakaf? Wakaf kan, buat orang tua, paling buat bikin masjid, sekolah, sama makam. Anak muda sih, cukup sedekah dan bayar zakat aja kali, ye”

 

Begitu lah kira-kira sebuah percakapan para generasi muda yang masih segar bugar ketika membicarakan soal wakaf. Menurut Bu Sulistiqomah (Dompet Dhuafa) literasi wakaf di Indonesia masih sangat kurang, sehingga diperlukan sosialisasi yang lebih terhadap generasi muda terkait wakaf.  Wakaf masih dianggap bagian ibadah generasi yang sudah sepuh saja, dan programnya pun itu-itu saja. Padahal wakaf itu memiliki pahala mengalir abadi sampai yaumil akhirat, lho!

 

Mengapa Wakaf?


Wakaf adalah salah satu ibadah yang memiliki banyak keutamaan, terutama pahala yang akan mengalir kepada pewakaf walau walau pun sudah meninggal dunia. Maka dari itu, jika kita menginginkan ibadah yang memberi manfaat di dunia dan pahala mengalir abadi sampai ke akhirat akhirat, sungguh wakaf adalah ibadah yang bisa jalan dari itu semua.

 

Secara Bahasa, wakaf (waqafa) artinya menahan, diam, berhenti, diam di tempat, atau tetap berdiri. Sedangkan Mahzab Syafi’i mendefinisikan wakaf adalah : “tidak melakukan suatu tindakan atas suatu benda, yang berstatus sebagai milik Allah SWT, dengan menyedekahkan manfaatnya kepada suatu kebajikan (sosial)”.

 

Secara sederhana, harta yang kita wakafkan akan terus bisa menghasilkan ‘buah’ manfaat untuk umat jika dikelola dengan benar, atau dikenal sebagai wakaf produktif.

 

Pernah mendengar sedekah sumur Raumah? Yakni sumur yang diwakafkan oleh Khalifah Utsman bin Affan. Khalifah Utsman bin Affan membeli sumur dari seorang Yahudi seharga 8.000 dirham. Kemudian sumur tersebut dimiliki secara penuh oleh Khalifah Utsman bin Affan.


Sumur tersebut diwakafkan kepada umat, sehingga umat Islam bebas mengambil air dari sumur ini kapanpun mereka butuh. Kemudian sumur tersebut dikenal dengan nama sumur Raumah.

 

Sumur yang diwakafkan oleh Khalifah Utsman bin Affan ini tetap ada hingga sekarang, namun manfaat air dari sumur tersebut tetap dirasakan oleh umat yang ada di sekitar sumur tersebut bahkan hingga detik ini. Padahal sumur tersebut dibeli sejak 1400 tahun yang lalu, Masya Allah.

 

Potensi Wakaf di Indonesia

 

Menurut data yang dihimpun oleh Dompet Dhuafa, Indonesia ternyata memiliki banyak potensi wakaf yang bisa dioptimalkan. Tentunya karena jumlah penduduk Indonesia yang sebagian besar umat muslim ini bisa menjadi sumber kekuatan wakaf yang besar. Seperti yang saya katakana sebelumnya, wakaf yang produktif bisa menjadi solusi untuk berbagai permasalah umat, karena wakaf menghasilkan banyak manfaat selama dikelola dengan baik.

 

Jika dilihat dari data statistik daya beli masyarakat, tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia belum sepenuhnya merata. Seperti Istilah para kritikus, ‘yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin’ sehingga roda ekonomi hanya berputar pada golongan tertentu saja, sedangkan rakyat yang berada di lapisan terbawah tidak merasakan manfaatnya.

 

Maka dari itu, melihat ketidak merataan tingkat kesejahteraan/ekonomi di Indonesia, wakaf seharusnya bisa mengambil peran untuk menjadi jembatan kesenjangan sosial yang terjadi di masyarakat Indonesia.

 

Wakaferse (Wakaf Universe) Dompet Dhuafa sebagai Solusi

 

Wakaferse (Wakaf Universe atau Semesta Berwakaf)


Senin, 30 Oktober 2022 lalu, saya berkunjung ke Zona Madina di Kawasan Parung Bogor, Jawa Barat. Ternyata, Kawasan Zona Madina ini merupakan tanah wakaf yang dikelola oleh Dompet Dhuafa. Di Kawasan Zona Madina yang saya kunjungi ternyata banyak sekali wakaf produktif yang digunakan untuk kepentingan umat seperti Rumah  Sehat Terpadu (Kesehatan), Sekolah Smart Ekselensia Kampus Budi Bakti (Pendidikan), Masjid Al-Madinah, Rumah UMKM, dan masih banyak lagi (nanti akan saya post foto-fotonya, yaa).

 

Ibu Etika Setiawati (Direktur Mobilisasi dan Sumber Daya Dompet Dhuafa), Ustaz Syafi'ie El Bantanie (Praktisi Wakaf Dompet Dhuafa), Ibu Sulistiqomah (SO Retail Fundraising Wakaf), Dini Andromeda (Master of Ceremony)


Program Wakaferse (wakaf universe) dari Dompet Dhuafa adalah program semesta berwakaf yang mengusung gagasan bahwa semua orang bisa berwakaf. Bukan hanya orang tua, orang kaya, golongan tertentu saja yang bisa berwakaf. Namun kita semua pun bisa berwakaf tanpa memandang status ekonomi, sosial, dan sebagainya.

 

Wakaferse adalah sebuah makna dalam menguniversalkan gerakan wakaf di dunia ini. ebuah gerakan semesta berwakaf untuk mendorong “inisiatif” wakaf masyarakat seluas-luasnya, terutama wakaf uang.


Wakaferse juga bermakna, bahwa wakaf merupakan ikhtiar mewujudkan asset sosial di seluruh sendi kehidupan masyarakat. Wakaf adalah instrumen penyejahteraan yang rahmatan lilalamiin.


Melalui dana wakaf dari program Wakaferse ini, Dompet Dhuafa berkomitmen untuk meningkatkan kesejahteraan Masyarakat pada umumnya, serta khususnya pada dhuafa.

 

Melalui penggalangan Wakaf Uang dan instrumen wakaf lainnya, Dompet Dhuafa berusaha semaksimal mungkin menjadi Nadzir Wakaf (badan pengelola dana wakaf) yang produktif, profesional, dan amanah.

 

Dompet Dhuafa ingin mengajak semua lapisan masyarakat tanpa batasan apapun untuk ikut Gerakan berwakaf, karena wakaf adalah salah satu ibadah yang memiliki banyak manfaat untuk umat dan sebagai investasi pahala di yaumil hisab nanti.

 

 

Yuk, Jalan-Jalan ke Zona Madina

 



Jika kamu sedang berjalan-jalan atau tidak sengaja melewati Jalan Raya Parung Bogor, jangan lupa untuk mampir ke Zona Madina, ya!


Zona Madina ini adalah salah satu kawasan yang terintegrasi untuk memberdayakan umat dari berbagai sisi. Seperti dari sisi kesehatan, pendidikan, ekonomi, sosial, dan lainnya. Zona Madina merupakan ‘miniatur’ bagaimana kekuatan wakaf menjadi pendorong geliat kehidupan masyarakat Indonesia yang berdaya dan saling memberdayakan.


Wilayah yang dibangun kurang lebih seluas 6 hektare ini merupakan tanah wakaf dari para donatur Dompet Dhuafa. Terdapat Rumah Sakit (Rumah Sehat Terpadu) Dompet Dhuafa, Mesjid Al-Madinah, Sekolah Smart Ekselensia Indonesia, Kampus Budi Bakti, Mini Market Daya Mart, Pusat Kuliner Teras Madina dan Madaya Coffee. 


Terdapat pula rumah pemberdayaan, penginapan, Madina Zoo, play ground, green house, ruko yang menjual produk-produk pemberdayaan dari Dompet Dhuafa dari sektor perkebunan dan pertanian, dan lainnya.

 

Produk pemberdayaan Dompet Dhuafa yang merupakan hasil pendampingan petani Indoensia




Saya mengenal daerah Parung Bogor sejak kecil, saya tidak menyangka akan ada suatu tempat yang sangat terasa suasana masyarakat muslim yang Islami. Karena dulu memang daerah ini terkenal dengan pusat ‘lokalisasi’.

 

Terdapat masjid dan tempat perekenomonian yang dikelola oleh dana umat dan kembali ke umat. Hal ini mengingatkan saya kepada kisah Rosulullah SAW yang hijrah ke kota Madinah, dua hal penting yang pertama kali dibangun oleh beliau adalah masjid dan juga pasar.


Hal ini menggambarkan bahwa ibadah kepada Allah SWT dan muamalah adalah pilar-pilar yang bisa membangun peradaban umat. Saya rasa, Zona Madina ini dibangun dengan spirit yang sama ketika Rosulullah SAW, kaum muhajirin, dan kaum anshor membangun kota Madinah sekaligus peradaban muslim yang rahmatan lil ‘alamiin.

 

 

1. Masjid Al-Madinah



Merupakan salah satu icon di Zona Madina yang merupakan pusat dakwah Islam di Kawasan Zona Madina, Parung Bogor. Program-program di Masjid Al-Madinah berbasis pemberdayaan umat, salah satunya adalah pengentasan buta huruf Al-Qur’an melalui program FHQ (Forum Halaqah Qur’an) Al-Madinah yang kini sudah berhasil membelajarkan 500 lebih santri untuk belajar tahsin dan ilmu Al-Qur’an lainnya.

 

2. Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa




Rumah Sehat Terpadu Dompet Dhuafa merupakan Rumah Sakit yang awalnya digagas untuk membantu kaum dhuafa yang memiliki keterbatasan dalam mengakses layanan Kesehatan. Sebelum adanya BPJS, biaya operasional Rumah Sehat Terpadu ini benar-benar ‘dibebankan’ kepada dana umat (ZIS). Tidak ada perbedaan pelayanan antara pasien dhuafa maupun pasien umum, dokter dan perawat serta tenaga medis lainnya pun bekerja secara profesional.

 

3. Sekolah Smart Ekselensia Indonesia


Hamka dan Jalal adalah anak-anak pilihan yang mendapatkan beasiswa penuh dari Dompet Dhuafa.
 Kebetulan Jalal ini ternyata satu daerah dengan kampung halaman saya, yakni di Kecamatan Rancah, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.


Sekolah Smart Ekselensia Indonesia merupakan sekolah akselerasi yang digagas oleh Dompet Dhuafa agar kaum dhuafa yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata tetap bisa mengenyam Pendidikan  yang berkualitas. Smart Ekselensia ini dimulai dari jenjang SMP-SMA (Kelas Akselerasi) dengan sistem asrama yang terletak di Zona Madina Parung Bogor. Anak-anak yang bersekolah di Smart Ekselensia merupakan anak dari keluarga Dhuafa dari seluruh pelosok Indonesia.

 

Tim Dompet Dhuafa mencari anak-anak dhuafa yang berprestasi hingga ke daerah yang jauh dari perkotaan. Mereka semau dibimbing dan dibina bukan hanya secara akademik, namun mereka juga menjadi penghafal Al-Qur’an.

 

Sudah banyak sekali prestasi yang ditorehkan oleh para siswa Smart Ekselensia Indonesia dari berbagai bidang, seperti akademik, olah raga, keagamaan, kreativitas, dan masih banyak lagi.

 

4. Kampus Budi Bakti




Salah satu yang belum lama ini hadir di Zona Madina adalah Kampus Budi Bakti. Kampus ini terletak persis di belakang masjid Al-Madinah Dompet Dhuafa. Kampus ini juga diperuntukkan bagi kaum dhuafa atau kaum yang termarginalkan agar tetap bisa mengakses pendidikan hingga ke jenjang perguruan tinggi. Program Studi yang dibuka oleh Kampus Budi Bakti ini adalah Program Studi Manajemen.

 

5. Rumah Pemberdayaan UMKM

Para UMKM bisa belajar di sini, salah satunya cara membuat dan mendesain kemasan produk


Salah satu hal yang saya ingat ketika mendengar kata Dompet Dhuafa adalah pemberdayaan. Sejak dulu, Dompet Dhuafa selalu concern dengan pemberdayaan Masyarakat menengah ke bawah atau kaum dhuafa. Pemberdayaan yang dilakukan biasanya kepada peternak, petani, nelayan, dan wirausahawan.

 

Di Zona Madina ini, ada sebuah tempat yang dinamakan Rumah Pemberdayaan UMKM, dimana di rumah tersebut, para pelaku UMKM diberikan pelatihan dan pendampingan untuk terus mengembangkan usaha mereka. Salah satunya pembuatan kemasan produk agar menarik di mata konsumen dan sesuai dengan standarisasi produk pangan.

 

6. Teras Madina dan Madaya Coffee


Coffee Shop yang rasa kopinya enak dan tempatnya cozy


Zona Madina juga membuka pusat kuliner di Kawasan Zona Madina, lho. Tentu saja, produk di sini merupakan produk pemberdayaan yang dilakukan oleh Dompet Dhuafa. Di Madaya Coffee contohnya, biji kopi yang digunakan sebagai bahan baku merupakan biji kopi hasil pemberdayaan petani kopi Dompet Dhuafa.


Kita bisa menikmati berbagai kuliner Indonesia di sini dengan harga yang cukup terjangkau


Kopinya enakkkk 


Begitu pun dengan Teras Madina yang menyediakan berbagai kuliner khas Indonesia, seperti soto, sate, gado-gado, tongseng, dan masakan Indonesia lainnya. Para penyewa kedai di Teras Madina ini merupakan masyarakat sekitar yang diberi pendampingan dan pelatihan seputar kuliner Indonesia. Mereka juga diperbolehkan membuka kedai mereka di Teras Madina tanpa biaya sewa.

 

7. Madina Zoo, Play Ground, Penginapan, Green House Melon



Zona Madina digagas untuk menjadi salah satu pusat kegiatan masyarakat yang mampu saling memberdayakan satu sama lain karena manfaat wakaf produktif yang dikelola oleh Dompet Dhuafa. Oleh karena itu, di Kawasan Zona Madina ini juga terdapat beragam aktivitas yang bisa dinikmati oleh Masyarakat dan juga bisa menghasilkan nilai ekonomi.

 



Mini Zoo merupakan salah satu tempat yang bisa digunakan untuk wisata edukasi anak-anak, ada juga play ground yang bisa dinikmati oleh anak-anak yang beraktivitas di Zona Madina. Selain itu terdapat Green House Melon yang merupakan sebuah tempat budi daya Melon yang juga bisa menghasilkan rupiah ketika masa panen tiba.

 

Terdapat penginapan cantik berbentuk rumah kayu yang bisa disewa oleh pengunjung dengan harga yang relatif terjangkau.

 

 

Bagaimana Caranya Bergabung dalam Program Wakaferse bersama Dompet Dhuafa?

 

Berawakaf sangat mudah sekali


Pahala mengalir abadi dengam berwakaf mulai dari 10.000 rupiah saja! Yaps, hanya dengan 10.000 rupiah, harga secangkir kopi, semangkok bakso, atau seharga sebungkus roti yang biasa kita beli.


Dompet Dhuafa menggagas program yang cemerlang bernama Wakaferse ini dengan tujuan untuk mengajak semua kalangan untuk ikut berwakaf uang. Kayaknya kalau cuma 10.000 rupiah, ga ada alasan untuk menolak berwakaf ya, hehehe. Apalagi manfaatnya terasa di dunia, dan pahalanya mengalir abadi hingga ke akhirat.

 

Kita bisa berwakaf pada tautan https://donasi.dompetdhuafa.org/wakaferse/ mulai dari 10.000 rupiah saja. Kita bisa berwakaf pada program DD Farm, wakaf Green House, wakaf kebun buah, wakaf masjid, wakaf sumur, dan wakaf produktif lainnya.

 

Selain itu, yuk kita mengajak saudara, keluarga, teman, sahabat kita untuk ikut berwakaf dalam program Wakaferse Dompet Dhuafa, agar segala cita-cita kita memberdayakan umat lekas terwujud.

 

Sejak tahun 1993, Dompet Dhuafa berkomitmen menjadi sebuah Lembaga zakat yang terus berkembang, bertanggung jawab, dan transparan dalam mengelola dana umat. Salah satunya adalah menjadi Nadzir (pengelola dana wakaf) agar dana wakaf benar-benar bisa dimanfaatkan dan dirasakan manisnya oleh kaum dhuafa di Indonesia.

 

Jangan sia-siakan kesempatan untuk berwakaf dan meneruskan kebaikan yang bisa kita lakukan di dunia ini, dan mendapatkan pahala yang mengalir abadi di akhirat kelak.

 

Bagaimana pendapat kamu tentang program wakaf produktif Dompet Dhuafa ini? Siapkah kamu bergabung dalam program Wakaferse yang bisa dimulai dengan 10.000 rupiah saja?

 

Let me know your thought on the comment section below, ya!