Diberdayakan oleh Blogger.

Review Film Ayat-Ayat Cinta 2: Fahri yang Dulu Bukanlah yang Sekarang


Sebagai alumni penonton film Ayat-ayat Cinta 1, jujur saya penasaran dengan kelanjutan kisah cinta Fahri dan Aisha ini.

Walaupun dulu pada di film AAC1 saya sempet kecewa sih, karena filmnya gak sesuai cerita di novel best sellernya. Makanya dulu saya gak terlalu puas dengan filmnya, tapi tetep sih penasaran juga sama kelanjutannya. Hahaha.

Tokoh Fahri yang dulu lovable banget khususnya dikalangan perempuan tentu bikin penasaran, apakah Fahri masih se-charming dulu setelah menikah dengan Aisha?

Apa rumah tangga mereka akan berliku seperti cerita rumah tangga di sinetron tersanjung atau tukang bubur naik haji?

Apakah mereka punya anak dan hidup bahagia selamanya? Atau sebaliknya?

Kepo juga kan jadinya, apalagi saya belum baca novel AAC 2, karena emang pas mau beli pun ragu, novelnya tebel banget.

Ragu bisa kebaca atau ngga di rumah. Haha.

Yaudah, langsung aja ini review dari saya.


Cerita


Cerita secara keseluruhan, gak sama dengan AAC 1. Kenapa saya bilang gak sama? Karena Fahri dan Aisha sekarang sudah masuk usia dewasa yang udah gak galau-galau soal cinta. Apalagi dulu Fahri sempet jadi rebutan banyak perempuan kan.

Walaupun memang Fahri ini banyak disukai sama perempuan, tapi karena Fahrinya udah nikah, jadi ya gak terlalu greget sih, gak ada tipe-tipe pelakor juga di film ini. Semuanya natural dan ya gak terlalu bernuansa romantis seperti film sebelumnya.

Tapi menurut saya justru isu yang diangkat adalah isu yang lebih dekat dengan keseharian muslim. Jadi pas nonton itu saya dapet insight kalau memang harusnya sesama muslim dan non muslim ini hidupnya seperti ini, seperti yang Fahri contohkan.

Isu Palestina pun ada. Dan pas sekali menurut saya, karena kemarin baru aja Donald Trump bikin ribut masyarakat dunia karena mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel.

Menurut saya, ceritanya cukup 'flat' dalam artian gak ada cerita yang punya klimak tinggi. Jadi, setiap rangkaian ceritanya itu pendek-pendek, kemudian ada klimak, berlanjut dengan penyelesaian.

Pas nonton jadinya gak terlalu deg-degan dan penasaran banget jadinya. Mungkin yang saya tangkep sih, karena ada banyak yang ingin diceritakan dari novel ini.

Tokoh

Tokoh utama Fahri udah bukan Fahri yang dulu lagi. Mahasiswa Al-Azhar Kairo yang sederhana dan cinta ilmu. 

Kalau cinta ilmunya sih masih ya, karena Fahri sekarang udah jadi dosen di Universitas Edinburgh. Tapi kehidupan ekonominya udah berubah setelah menikah dengan Aisha.


Tapi yang bikin penasaran, Aishanya kemana?

Ada banyak tokoh baru, ada Keira si anak ABG yang suka main biola, ada Hulya sepupunya Aisha, dan ada Sabina khadimat di rumah Fahri yang merupakan wanita muslim yang gak jelas kewarganegaraannya.

Ada juga nenek Yahudi tetangganya Fahri, dan Brenda si Lawyer cantik yang suka mabuk-mabukan.

Ada tokoh Hulusi (Panji) sebagai asistennya Fahri, dan Misbah (Arie Untung) sebagai teman Fahri waktu di Kairo dulu.


Setting


Kalau setting tempatnya udah oke banget lah, Universitas Edinburgh. Universitas dambaan pencari beasiswa LPDP ya, hehehe.

Pemandangan universitasnya yang bekas kastil, warna coklat kemerahannya, alam Skotlandia yang keren juga nambah suasana di film ini.

Oke banget.


Ending

Haha, ini ending agak aneh menurut saya, gak begitu natural. 

Bikin kita nanya "Oh iya ya bisa gitu ya?"

Dan memang sebelumnya, ada rahasia besar yang terkuak di film ini. Yang bikin kita ngomong, "Ya ampun, ternyata oh ternyata."


Review saya:

1. Ada bagian yang nyess banget, waktu Fahri menikahi salah satu perempuan di atas (hahaha spoiler banget) ketika Aishanya gak ada. Huhuhu. Aisha itu hilang di jalur Gaza, sampai saat ini belum ketemu jenazahnya.

2. Nonton film AAC ini kok kayak ketuker-tuker sama sosok Azzam di Ketika Cinta Bertasbih ya. Mungkin karena penulisnya sama. Dan suami saya juga pas ditanya merasakan hal yang sama. Berasa keinget-inget tokoh Azzam.

3. Keseluruhan film bagus, gak bikin sedih, galau, atau gimana. Saya nikmatin banget alur ceritanya.

4. Endingnya kurang natural, kalau menurut saya sih, endingnya kayaknya gak harus gitu, mungkin bisa dengan ending yang lain atau lebih natural lagi aja, karena agak aneh, huhuhu.

5. AAC 2 ini gak mellow banget atau drama banget, filmya cukup santai, ada nuansa komedi juga, pemandangan settingnya bagus, layaklah buat ditonton weekend dan liburan kali ini.


Gimana? Kamu tertarik buat nonton gak nih?

Tidak ada komentar