Diberdayakan oleh Blogger.

Hai Mom, Waraskan Dirimu Dengan Menulis!



Bosan-Lelah-Stress

Tiga kata di atas mungkin bisa mewakili perasaan seorang ibu yang setiap hari ada di rumah (mungkin juga ibu yang berada di kantor).

Sebagai perempuan, saya merasa menjadi makhluk paling plin-plan di muka bumi.  Cepat jenuh dengan pekerjaan yang "itu-itu" saja, tapi akan "stress" ketika tidak ada hal yang bisa dikerjakan.

Menjadi “Stay at Home Mom”

Tidak memiliki rutinitas di luar rumah setiap harinya merupakan sebuah pilihan. Dan yang namanya sebuah pilihan pasti ada konsekuensinya bukan?

Sebagian orang menilai, bahwa menjadi ibu yang ada di rumah sangat menyenangkan. Jujur saya akui ada dimana rasa senang dan bahagia beriringan, seperti menyaksikan tumbuh kembang buah hati dan menjadi teman bermain anak.

Akan tetapi, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga di rumah cukup menyita waktu dan menguras tenaga serta emosi. Berada seharian di rumah dengan segudang pekerjaan yang tak ada habisnya juga bisa mempengaruhi emosi seorang perempuan. Biasanya ini dikarenakan terlalu lelah mengerjakan pekerjaan rumah tangga dan mengasuh buah hati.

Kelelahan yang dialami oleh seorang istri dan ibu di rumah memang kadang kala menjadi hal yang wajar, dan biasanya ditandai dengan gejala seperti berikut ini:

Mudah Lupa

Lebih Pendiam

Gelisah saat Tidur

Mudah Marah dan Sering Uring-uringan

Wajah terlihat Kusam

Kurang Konsentrasi

Sering Ketiduran

Mudah Sakit


Pernah merasa demikian? Kalau saya sih pernah banget, dan sudah saatnya saya memiliki self healing untuk meredakan gejala tersebut.

Salah satunya ya dengan MENULIS.


Mulai Menulis Blog

Sekitar awal tahun 2014, saya mencoba menuangkan isi kepala saya, mengganjal batin saya, dan ide yang ingin saya sampaikan kepada orang lain. Hal yang paling mudah menurut saya adalah menulis via blog.

Lancar? Tidak, justru berantakan. Dan tidak jarang saya merasa buntu dan kehabisan kata-kata.

Seorang seleb-blog, Alodita, membesarkan hati saya. Bahwa ia pun memulai menulis blog karena kebutuhan akan mencurahkan ide, pikiran, dan kreatifitas. Soal bakat menulis, ia merasa tidak ada sama sekali. Just Learning by doing!

Bakat menulis saya hanya sebatas menulis cerpen di atas kertas polio bergaris tentang liburan sekolah di rumah nenek. Setelah itu, saya merasa menjadi “penulis” ketika menyusun skripsi.

Apa saya merasa cukup sekarang? Oh, sangat. Sangat Tidak Cukup! Saya belum puas sama sekali dengan apa yang saya dapatkan dari blog ini. Bukannya kurang syukur, tapi memang kemampuan menulis saya masih seumur jagung dan perlu ditempa lebih keras.

Walaupun saya merasa belum cukup, sesuatu yang saya syukuri adalah ada perubahan yang cukup berarti dalam diri saya.

Merasa Lega

Menulis membuat saya merasa lebih lega. Maksudnya, ketika ada unek-unek bisa saya tuliskan ke blog.  Tau sendiri kan perempuan itu butuh mengucapkan 20 ribu kata sehari? Ya walaupun tidak bicara secara langsung kepada orang lain, minimal unek-unek tersebut bisa saya ketik kata demi kata di depan laptop.

Eksistensi Diri

Puncak dari segala kebutuhan manusia menurut Abraham Maslow adalah kebutuhan akan penghargaan dan eksistensi diri. Yakni keadaan merasa diakui oleh publik, oleh sekitar, oleh orang lain.

Sebagai ibu yang selalu ada di rumah, tidak sedikit masyarakat yang berbicara negatif tentang kami-kami ini.

Mulai dari "Sarjana kok di rumah aja?" "Kenapa gak kerja kantoran?" dan segudang pertanyaan dan pernyataan yang bikin elus dada.

Menulis setidaknya membangun eksistensi atau pengakuan dari orang lain. Seperti saya yang rasakan sekarang ini. Ada orang lain yang berterima kasih atas tulisan-tulisan kita, ada orang yang bertanya tentang masalah yang pernah kita bahas di blog. Atau sekedar say hi, salam kenal karena sudah membaca postingan kita di blog.

Dan rasanya itu, LUAR BIASA. Benar-benar bisa mengobati rasa lelah, bosan, stress atau frustasi karena seharian berada di rumah. Dan dengan menulis di blog ini saya merasa hidup saya lebih berwarna, karena saya bisa berbagi dan mengasah kreatifitas agar tak mati sia-sia.

Caryn Mirriam-Goldberg, Ph.D menyebutkan salah satu manfaat menulis yaitu memberi tempat untuk melampiaskan amarah/ketakutan, kesedihan, dan perasaan menyakitkan lainnya.

Belajar Lewat Buku

Saya mulai sedikit demi sedikit menulis di blog ini dan menambah pengetahuan tentang kepenulisan melalui buku. Yaps, buku sangat mudah didapatkan, dan ilmunya bisa kita praktekan langsung di rumah dengan ketekunan.

Belajar Via Internet

Dunia maya alias internet bukan lagi hal baru untuk menimba ilmu, salah satunya ilmu tentang kepenulisan. Dengan mengetik sebuah kata kunci di mesin pencari, ribuan artikel dan situs web menyediakan ilmu seputar kepenulisan. Baik fiksi maupun non fiksi.

Belajar Bersama Mentor

Sebenarnya saya merasa cukup banyak mengkonsumsi teori kepenulisan dari buku dan juga internet, tapi saya merasa belum cukup karena masih banyak hal yang belum saya pahami dan butuh pencerahan. Oleh karena itu, terkadang saya membutuhkan mentor atau pembimbing di kala ilmu tentang menulis saya benar-benar mentok.
Masalahnya adalah:

Bisakah saya punya mentor pribadi tentang kepenulisan dengan segudang aktivitas di rumah?

Bisakah saya mengikuti bimbingan menulis dengan waktu yang fleksibel dengan pekerjaan saya sebagai ibu rumah tangga?

Saya sendiri pernah sekali mengikuti kelas menulis online, Dan memang beda rasanya ketika ilmu menulis didapatkan langsung dari ahlinya.

Arahannya lebih pas, dan ada rekan yang bisa kita ajak diskusi bersama. Kelas ini juga fleksibel karena dilakukan secara online via email. Jadi bisa kita melakukan pembelajaran disela kesibukan kita mengurus rumah.

Waraskan diri dengan menulis!

Menulis di blog, membuat saya merasa lebih hidup, karena kebutuhan dasar sebagai manusia akan eksistensi dan kebermanfaatan untuk orang lain dapat berkembang dengan baik. Selain itu, sebagai istri dan ibu saya merasa memiliki self healing tersendiri ketika dilanda kejenuhan.


Dan semua itu, saya dapatkan dengan MENULIS! Yuk Mom, kita warsakan diri dengan menulis! Selamat Mencoba :D



Referensi:http://id.theasianparent.com/apakah-istri-kelelahan-kenali-9-ciri-istri-butuh-piknik/

Dari pada bete, nulis aja! Caryn Mirriam-Goldberg, Ph.D


1 komentar

  1. tosss.. iya mbak kalo jenuh itu pasti bikin uring-uringan, dari pada berkepanjangan, ga ada yg diajak ngobrol pula, yaudah lah ditulis aja biar mendingan.. haha :)

    BalasHapus