Diberdayakan oleh Blogger.

#KomikKifah [Minum Susu]

morinaga chil go susu uht anak

Siapa yang belum minum susu pagi ini?

Kifah baru aja minum susu Chil Go. 
Katanya sih enak, tapi...

Loh kok ada tapinya?

Baca lanjutan ceritanya dipostingan selanjutnya yaaa..


Happy Weekend :D

#KomikKifah [Minum Susu]

morinaga chil go susu uht anak

Siapa yang belum minum susu pagi ini?

Kifah baru aja minum susu Chil Go. 
Katanya sih enak, tapi...

Loh kok ada tapinya?

Baca lanjutan ceritanya dipostingan selanjutnya yaaa..


Happy Weekend :D

"Perjuangan" Dibalik Nama Bayi



“Sesungguhnya kamu akan dipanggil pada Hari Kiamat nanti Dengan nama-namamu dan juga nama Bapak-bapakmu, maka perindahlah Nama-namamu” (HR. Imam Abu Daud) 


Nama adalah sebuah identitas yang akan melekat seumur hidup. Pemberian sebuah nama adalah hal yang paling utama dalam hidup manusia, karena bukan hanya untuk identitas di dunia saja, ternyata nama kita ini akan kita gunakan hingga di yaumil hisab nanti. 

Setiap orang pasti senang ya memiliki nama yang indah dan memiliki arti yang baik. Saya sendiri merasa sangat exited ketika pertama kali memiliki anak dan akan memberikan nama kepada anak pertama saya. 

Seperti yang kita ketahui, dalam Islam biasanya nama disematkan kepada anak ketika menginjak hari ke 7 kelahiran, biasanya bertepatan dengan hari Akikah anak. Walaupun kadang orang tua ada yang sudah memberikan nama ketika anak baru lahir atau bahkan ketika masih di dalam kandungan. Kalau saya sih (orang Sunda) biasanya memanggil bayi yang masih dalam perut dengan sebutan “Si Utun” hihi.

Ketika hasil USG kehamilan pertama saya menunjukkan bahwa saya tengah mengandung anak laki-laki, saya dan suami kemudian mencicil nama-nama bayi laki-laki. Baik itu via internet atau membeli buku tentang nama bayi. Kami berdua tidak mematok harus dalam bahasa apa nama bayi kami nanti, yang penting arti namanya baik, menjadi do’a dan sumber motivasi bagi hidupnya kelak. 

Dalam Islam sendiri sudah ada aturan dalam pemberian nama anak, jadi sebisa mungkin kami mengikutinya dengan baik. 

1. Nama yang bermakna penghambaan kepada Allah SWT boleh digunakan. Contohnya Abdul Aziz, Abdul Fattah, ada makna Abdul (hamba/penghambaan) kepada sang Khalik. 

2. Boleh menggunakan nama nabi dan nama para tabi’in. 

3. Nama yang memberikan simbol keindahan, harapan, dan do’a yang baik. Contohnya Salsabila (nama sebuah telaga di syurga). 

4. Boleh dari bahasa apapun, tidak melulu bahasa Arab, namun harus diperhatikan artinya dengan seksama, harus benar-benar baik. 

Ada juga nama yang tidak boleh disematkan kepada anak loh ternyata. Bahkan Rasulullah pun pernah mengganti nama-nama sahabat yang memiliki makna yang buruk (seperti durhaka, dusta) menjadi nama-nama yang lebih baik maknanya. 

“Sesungguhnya nama yang paling dibenci Allah adalah orang yang bernama Malakul Amlak (Raja diraja)”. HR. Bukhari Muslim. 

Selain itu, nama-nama orang yang memusuhi Islam juga jangan sampai disematkan kepada anak. Nama hewan yang buruk, nama dengan makna yang buruk, nama-nama yang langsung mengambil sifat Allah SWT (tidak menggunakan Abdul/hamba), dan juga nama-nama malaikat. 


Kembali ke pemilihan nama anak saya yang pertama. 

Setelah mengetahui jenis kelamin bayi saya, akhirnya saya memilih beberapa nama bayi yang akan disematkan kepada anak saya. 

Pertama, ada kata Abdullah (karena nama ini paling disukai oleh Allah SWT). Kemudian, karena waktu itu saya hamil saat kuliah (baca cerita saya saat hamil saat kuliah di sini) kami ingin sekali memberikan nama anak yang mencerminkan sebuah perjuangan. Karena memang kami merasa sedang berada di masa perjuangan hidup kami *tsaahh. Menikah saat kuliah, kemudian hamil, benar-benar perjuangan bagi saya dan suami. 

Setelah berembuk, akhirnya munculah nama “Kifah” yang artinya Perjuangan, Struggle, Fight. Saya menemukan nama tersebut di internet dan ada juga di dalam buku pedoman pemberian nama bayi. Dan seketika itu pula kami menyukai nama tersebut, karena merasa sangat sesuai dengan moment yang Allah berikan kepada kami. 

Awalnya orang tua kami agak asing mendengar nama Kifah, karena mungkin jarang ada nama anak seperti itu, dan katanya terdengar seperti nama anak perempuan. Dan memang ketika kami mencari nama ini di internet, nama Kifah bisa digunakan oleh Baby Boy or Girl

Sebenarnya sih yang kami agak khawatirkan bukan tentang asing atau tidaknya, tetapi tentang pelafalan nama anak kami nanti. Tahu sendiri kan urang sunda gak bisa bedain huruf “F” sama “V” bacanya tetep aja “P”. Jadi, memang bener sih, kekhawatiran kami terjadi juga, kalau Kifah mudik ke Bandung pasti dipanggilnya “Kipah” bukan “Kifah”. 

Yaudah lah udah nasib. 

Kami berdo’a semoga Kifah menjadi anak yang pantang menyerah, menjadi hamba Allah yang selalu memperjuangkan kebenaran. Sesuai dengan nama lengkapnya Muhammad Kifah Abdullah Sidik. Selain itu, nama Kifah juga akan selalu menjadi pengingat kami sebagai orang tua bahwa “Kifah” adalah “Anak Perjuangan” kami. Yang membersamai dan memberikan semangat ketika kami mengalami masa-masa berjuang di awal pernikahan. 

Memilih nama bayi itu memang susah-susah gampang. Kadang banyak sekali pilihan nama yang indah dan memiliki arti yang baik. Malah kabita kepingin dipake semua namanya. Tapi lagi-lagi, memilih nama yang indah dan berarti baik adalah kewajiban orang tua. Sehingga suatu saat sang anak mampu menghayati apa arti nama tersebut bagi dirinya sendiri. 

Dan lebih dari itu, nama bayi yang kita sematkan untuk buah hati kita akan ia sandang seumur hidupnya di dunia dan juga di akhirat. 

Wallahualam.



Tulisan ini diikutsertakan pada:


"Perjuangan" Dibalik Nama Bayi



“Sesungguhnya kamu akan dipanggil pada Hari Kiamat nanti Dengan nama-namamu dan juga nama Bapak-bapakmu, maka perindahlah Nama-namamu” (HR. Imam Abu Daud) 


Nama adalah sebuah identitas yang akan melekat seumur hidup. Pemberian sebuah nama adalah hal yang paling utama dalam hidup manusia, karena bukan hanya untuk identitas di dunia saja, ternyata nama kita ini akan kita gunakan hingga di yaumil hisab nanti. 

Setiap orang pasti senang ya memiliki nama yang indah dan memiliki arti yang baik. Saya sendiri merasa sangat exited ketika pertama kali memiliki anak dan akan memberikan nama kepada anak pertama saya. 

Seperti yang kita ketahui, dalam Islam biasanya nama disematkan kepada anak ketika menginjak hari ke 7 kelahiran, biasanya bertepatan dengan hari Akikah anak. Walaupun kadang orang tua ada yang sudah memberikan nama ketika anak baru lahir atau bahkan ketika masih di dalam kandungan. Kalau saya sih (orang Sunda) biasanya memanggil bayi yang masih dalam perut dengan sebutan “Si Utun” hihi.

Ketika hasil USG kehamilan pertama saya menunjukkan bahwa saya tengah mengandung anak laki-laki, saya dan suami kemudian mencicil nama-nama bayi laki-laki. Baik itu via internet atau membeli buku tentang nama bayi. Kami berdua tidak mematok harus dalam bahasa apa nama bayi kami nanti, yang penting arti namanya baik, menjadi do’a dan sumber motivasi bagi hidupnya kelak. 

Dalam Islam sendiri sudah ada aturan dalam pemberian nama anak, jadi sebisa mungkin kami mengikutinya dengan baik. 

1. Nama yang bermakna penghambaan kepada Allah SWT boleh digunakan. Contohnya Abdul Aziz, Abdul Fattah, ada makna Abdul (hamba/penghambaan) kepada sang Khalik. 

2. Boleh menggunakan nama nabi dan nama para tabi’in. 

3. Nama yang memberikan simbol keindahan, harapan, dan do’a yang baik. Contohnya Salsabila (nama sebuah telaga di syurga). 

4. Boleh dari bahasa apapun, tidak melulu bahasa Arab, namun harus diperhatikan artinya dengan seksama, harus benar-benar baik. 

Ada juga nama yang tidak boleh disematkan kepada anak loh ternyata. Bahkan Rasulullah pun pernah mengganti nama-nama sahabat yang memiliki makna yang buruk (seperti durhaka, dusta) menjadi nama-nama yang lebih baik maknanya. 

“Sesungguhnya nama yang paling dibenci Allah adalah orang yang bernama Malakul Amlak (Raja diraja)”. HR. Bukhari Muslim. 

Selain itu, nama-nama orang yang memusuhi Islam juga jangan sampai disematkan kepada anak. Nama hewan yang buruk, nama dengan makna yang buruk, nama-nama yang langsung mengambil sifat Allah SWT (tidak menggunakan Abdul/hamba), dan juga nama-nama malaikat. 


Kembali ke pemilihan nama anak saya yang pertama. 

Setelah mengetahui jenis kelamin bayi saya, akhirnya saya memilih beberapa nama bayi yang akan disematkan kepada anak saya. 

Pertama, ada kata Abdullah (karena nama ini paling disukai oleh Allah SWT). Kemudian, karena waktu itu saya hamil saat kuliah (baca cerita saya saat hamil saat kuliah di sini) kami ingin sekali memberikan nama anak yang mencerminkan sebuah perjuangan. Karena memang kami merasa sedang berada di masa perjuangan hidup kami *tsaahh. Menikah saat kuliah, kemudian hamil, benar-benar perjuangan bagi saya dan suami. 

Setelah berembuk, akhirnya munculah nama “Kifah” yang artinya Perjuangan, Struggle, Fight. Saya menemukan nama tersebut di internet dan ada juga di dalam buku pedoman pemberian nama bayi. Dan seketika itu pula kami menyukai nama tersebut, karena merasa sangat sesuai dengan moment yang Allah berikan kepada kami. 

Awalnya orang tua kami agak asing mendengar nama Kifah, karena mungkin jarang ada nama anak seperti itu, dan katanya terdengar seperti nama anak perempuan. Dan memang ketika kami mencari nama ini di internet, nama Kifah bisa digunakan oleh Baby Boy or Girl

Sebenarnya sih yang kami agak khawatirkan bukan tentang asing atau tidaknya, tetapi tentang pelafalan nama anak kami nanti. Tahu sendiri kan urang sunda gak bisa bedain huruf “F” sama “V” bacanya tetep aja “P”. Jadi, memang bener sih, kekhawatiran kami terjadi juga, kalau Kifah mudik ke Bandung pasti dipanggilnya “Kipah” bukan “Kifah”. 

Yaudah lah udah nasib. 

Kami berdo’a semoga Kifah menjadi anak yang pantang menyerah, menjadi hamba Allah yang selalu memperjuangkan kebenaran. Sesuai dengan nama lengkapnya Muhammad Kifah Abdullah Sidik. Selain itu, nama Kifah juga akan selalu menjadi pengingat kami sebagai orang tua bahwa “Kifah” adalah “Anak Perjuangan” kami. Yang membersamai dan memberikan semangat ketika kami mengalami masa-masa berjuang di awal pernikahan. 

Memilih nama bayi itu memang susah-susah gampang. Kadang banyak sekali pilihan nama yang indah dan memiliki arti yang baik. Malah kabita kepingin dipake semua namanya. Tapi lagi-lagi, memilih nama yang indah dan berarti baik adalah kewajiban orang tua. Sehingga suatu saat sang anak mampu menghayati apa arti nama tersebut bagi dirinya sendiri. 

Dan lebih dari itu, nama bayi yang kita sematkan untuk buah hati kita akan ia sandang seumur hidupnya di dunia dan juga di akhirat. 

Wallahualam.



Tulisan ini diikutsertakan pada:


SELAMAT HARI BLOGGER NASIONAL

selamat hari blogger nasional


Senangnyaaa, hari ini diperingati sebagai:

HARI BLOGGER NASIONAL


Semoga nge-blog makin jadi sesuatu yang menyenangkan,
banyak membawa manfaat bagi semua orang, 
menambah tali silaturahmi dan persaudaraan.



Terima kasih rekan-rekan Blogger yang sudah menginspirasi saya
untuk tetap menulis dan berkarya di blog ini.
Kalian semua adalah sumber inspirasi dan semangat
bagi saya kemarin, hari ini, dan selamanya.



Sekali lagi, 

SELAMAT HARI BLOGGER NASIONAL 

Untuk kita semuuuaaaa...





MUUUAAACCHHH







SELAMAT HARI BLOGGER NASIONAL

selamat hari blogger nasional


Senangnyaaa, hari ini diperingati sebagai:

HARI BLOGGER NASIONAL


Semoga nge-blog makin jadi sesuatu yang menyenangkan,
banyak membawa manfaat bagi semua orang, 
menambah tali silaturahmi dan persaudaraan.



Terima kasih rekan-rekan Blogger yang sudah menginspirasi saya
untuk tetap menulis dan berkarya di blog ini.
Kalian semua adalah sumber inspirasi dan semangat
bagi saya kemarin, hari ini, dan selamanya.



Sekali lagi, 

SELAMAT HARI BLOGGER NASIONAL 

Untuk kita semuuuaaaa...





MUUUAAACCHHH







Bagaimana Membuat Tidur Nyaman di Cuaca Panas?

bagaimana membuat tidur nyaman di cuaca panas


“Bandung kota kembang, Surabaya kota pahlawan, Bogor (mantan) kota hujan” 

Walau kedua orang tua bukan orang Minang, Bapak dan Ibu saya membawa saya merantau ke luar kota kelahiran sejak saya berusia satu bulan. Duh, emang udah inget gitu umur segitu dibawa merantau? 

Awalnya saya dan orang tua merantau ke daerah pinggiran Jakarta. Bapak membuka usaha warung kecil-kecilan hingga membuka sebuah bengkel. Hidup di pinggiran Jakarta memang mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus bersahabat dengan cuaca yang panas. Kalau menurut saya pribadi, panas zaman saya kecil tidak sepanas sekarang. Dulu masih banyak pohon, kalau sekarang sih nyaris gersang. 

Tumbuh di daerah bercuaca panas seringkali membuat saya ingin jalan-jalan ke tempat yang suhu udaranya sejuk dan dingin. Macam di Puncak atau di Bandung. Hawa sejuknya bikin tenang dan nyaman *alias ngantuk* 

Dulu sih, seringnya main ke rumah uwa (kakak dari Bapak) yang tinggal di daerah Bogor. Kalau liburan sekolah, senangnya main ke sana. Bogor waktu itu sejuk dan benar-benar KOTA HUJAN. Sepanjang perjalanan dari Ciputat ke Bogor itu hujan gerimis rintik-rintik, langit berwarna abu, sedikit mendung. Kaca mobil pasti selalu basah, dan saya selalu pake jaket atau bawa payung untuk jaga-jaga takut hujannya jadi lebat. 

Lain dulu lain sekarang. 

Takdir. Ternyata saya terdampar di kota yang dulunya dibilang kota hujan. Setelah sebelumnya menetap di Bandung utara, yang hawanya dingin bak lemari es, hari ini saya ditakdirkan untuk menetap di kabupaten Bogor karena suami yang pindah pekerjaan. Ada masalah? 



Oh, jangan ditanya. Bogor sekarang bersuhu 33-34 derajat celcius setiap harinya. 

Dan yang paling membuat saya kepingin balik lagi ke Bandung adalah masalah cuaca dan suhu udara. Aduh beneran deh, bangun tidur bermandikan keringat. Mau tidur pun harus kipas-kipas dulu, gak sedikit rumah-rumah yang ketergantungan AC dan kipas angin. Tapi, tahu sendiri kan? Yang namanya AC dan kipas angin punya dampak yang gak baik juga untuk kesehatan. Menurut pengalaman temen-temen yang terlalu sering menggunakan AC dan kipas angin, anak-anak mereka lebih mudah terserang sakit batuk. Iya juga sih, kalau dilihat-lihat, Kifah juga jadi sering batuk deh sekarang. 

Ribet juga kan ya jadi emak-emak yang lagi galau, mending pake AC atau kipas angin tapi anak jadi sakit, atau pilih gak pake AC atau kipas angin tapi kegerahan. 

Akhirnya saya cari cara untuk mensiasati agar cuaca panas yang kami rasakan tidak berkepanjangan. Khususnya ketika tidur. Apalagi sampai ketergantungan AC dan kipas angin, rasa-rasanya harus diatasi sesegera mungkin. 

Awalnya saya berpikir untuk mencari alas tidur yang berbahan dingin dan nyaman. Iyess SEPRAI-nya kudu diganti. 

Waktu tinggal di Bandung, saya gak masalah sama sekali sama yang namanya seprai. Mau bahannya panas atau adem (kata yang jual) saya gak teralu peduli. Yang penting motif dan warnanya saya suka. Karena toh ketika sampai ke rumah, seprai itu jadi dingin dengan sendirinya. 

Konsep pilih seprai sesukanya itu saya terapkan ketika hijrah ke Bogor sini. Tapi, ternyata gak bisa sama sekali dong. Waktu tidur makin panas gara-gara seprainya salah bahan, anak, emaknya, dan bapaknya makin uring-uringan karena kepanasan. Dan ujung-ujungnya seprainya dilepas. Gak dipake sama sekali dong T_____T. Jadi buat apa dibeli kalau gitu? 

Saya akhirnya nekat jalan ke pasar tradisional dan ke beberapa pusat perbelanjaan modern di Bogor. Beneran! Cuman buat cari seprai doang. Dan setiap awal mau beli pasti yang saya lakukan adalah pegang bahannya duluan, motif sama warna nanti dulu deh belakangan. 

Ada seprai yang murah, tapi aseli itu bahannya mirip banget sama bahan buat bikin spanduk. GAK MAU DONG. Ada yang agak mahalan dikit, tapi masih tetep, kasar dan panas kalau dipegang. Pencarian saya nyampe ke pasar tradisional samping stasiun Bogor. Cuman buat cari seprai yang bahannya sesuai sama keinginan, kata temen sih di pasar itu banyak pilihannya. 

Emang bener, disitu banyak juga pilihannya. Harganya juga lumayan terjangkau. Gak semahal yang ada di pusat perbelanjaan modern. Akhirnya saya bisa pilah-pilih seprai. Dan taaddaaa, akhirnya dapet juga seprai yang dicari. Bahannya lembut, nyaman, motifnya bagus, dan harganya terjangkau. Yess! 

Sampe rumah, langsung saya cobain seprainya. Mau ngerasain, apa saya gak salah pilih. Awal-awal saya pakai sih nyaman juga, lembut gitu bahannya, tapi lama-kelamaan ternyataaaa, panaassss jugaaa. Dengan berat hati, seprai itu pun kembali kami copot dan melanjutkan tidur tanpa seprai untuk ke sekian kalinya. OMAYGAD KELUARGAKU BEGINI AMAT. 

Jadinya tiap mau tidur itu ada drama dulu. PASANG SEPRAI-NGGAK-PASANG SEPRAI-NGGAK. Ampun banget ya? Mau tidur aja syuseh benerrr. 

Hingga akhirnya ada temen yang kasih tahu aku merk Seprai baru yang katanya bagus. Temen saya itu gak tahu permasalahan saya sebenernya, tapi ya kenapa moment ngasih tahunya NGEPAS BANGET GINI YA sama kegalauan saya soal bagaimana tidur nyaman di cuaca yang panas. *langsung sungkeman* 

“Ada seprai baru, merknya Shamira, and bla..bla..bla..” kata temen saya itu. 

Kebeneran amat, lagi cari seprai yang bisa dipake di sini. Supaya tidur gak kegerahan lagi. Supaya gak ada drama pengen copot-copot seprai kalau mau tidur. 

OK. Namanya Shamira. Berarti merk yang ini juga harus dicoba. Soalnya udah beberapa merk saya pake dan hasilnya belum maksimal juga, masih ada merk yang bahannya bikin panas kalau dipake tidur.

produk shamira bed linen


Jadi, intinya? 


Kalau mau tidur nyaman di cuaca panas itu, salah satu kuncinya adalah di seprai yang dipake tidur. Bahannya harus adem dan nyaman. Supaya gak ketergantungan sama AC dan kipas angin. 

Sampai saat ini saya masih dalam tahap pencarian sih, belum ada yang sreg di hati. Dan, kebeneran temen ada yang kasih tahu produk seprai baru namanya Shamira. *mudah-mudahan bisa ketemu di supermarket atau di pasar tradisional* 

Males banget kan kalau mau tidur harus ada drama copot seprai, kemudian membiarkan kasur jadi kumal karena sering gak dialasin. 

Sirkulasi udara di rumah juga perlu diperhatikan sih. Kalau bisa banyakin tempat keluar masuk udara (ventilasi). Supaya udara dari luar bisa masuk ke rumah dengan mudah dan juga banyak. Tapi jangan lupa, ventilasi di rumah dipakaikan jaring-jaring kawat (yang kecil-kecil) supaya nyamuk atau lalat gak ikut masuk ke dalam rumah.


Hadeuh kalau udah begini, rasanya...


PENGEN BALIK KE BANDUNGGG.




Ada yang pernah ngalamin juga? Atau mau kasih solusi? 

Share Yukk.

Bagaimana Membuat Tidur Nyaman di Cuaca Panas?

bagaimana membuat tidur nyaman di cuaca panas


“Bandung kota kembang, Surabaya kota pahlawan, Bogor (mantan) kota hujan” 

Walau kedua orang tua bukan orang Minang, Bapak dan Ibu saya membawa saya merantau ke luar kota kelahiran sejak saya berusia satu bulan. Duh, emang udah inget gitu umur segitu dibawa merantau? 

Awalnya saya dan orang tua merantau ke daerah pinggiran Jakarta. Bapak membuka usaha warung kecil-kecilan hingga membuka sebuah bengkel. Hidup di pinggiran Jakarta memang mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus bersahabat dengan cuaca yang panas. Kalau menurut saya pribadi, panas zaman saya kecil tidak sepanas sekarang. Dulu masih banyak pohon, kalau sekarang sih nyaris gersang. 

Tumbuh di daerah bercuaca panas seringkali membuat saya ingin jalan-jalan ke tempat yang suhu udaranya sejuk dan dingin. Macam di Puncak atau di Bandung. Hawa sejuknya bikin tenang dan nyaman *alias ngantuk* 

Dulu sih, seringnya main ke rumah uwa (kakak dari Bapak) yang tinggal di daerah Bogor. Kalau liburan sekolah, senangnya main ke sana. Bogor waktu itu sejuk dan benar-benar KOTA HUJAN. Sepanjang perjalanan dari Ciputat ke Bogor itu hujan gerimis rintik-rintik, langit berwarna abu, sedikit mendung. Kaca mobil pasti selalu basah, dan saya selalu pake jaket atau bawa payung untuk jaga-jaga takut hujannya jadi lebat. 

Lain dulu lain sekarang. 

Takdir. Ternyata saya terdampar di kota yang dulunya dibilang kota hujan. Setelah sebelumnya menetap di Bandung utara, yang hawanya dingin bak lemari es, hari ini saya ditakdirkan untuk menetap di kabupaten Bogor karena suami yang pindah pekerjaan. Ada masalah? 



Oh, jangan ditanya. Bogor sekarang bersuhu 33-34 derajat celcius setiap harinya. 

Dan yang paling membuat saya kepingin balik lagi ke Bandung adalah masalah cuaca dan suhu udara. Aduh beneran deh, bangun tidur bermandikan keringat. Mau tidur pun harus kipas-kipas dulu, gak sedikit rumah-rumah yang ketergantungan AC dan kipas angin. Tapi, tahu sendiri kan? Yang namanya AC dan kipas angin punya dampak yang gak baik juga untuk kesehatan. Menurut pengalaman temen-temen yang terlalu sering menggunakan AC dan kipas angin, anak-anak mereka lebih mudah terserang sakit batuk. Iya juga sih, kalau dilihat-lihat, Kifah juga jadi sering batuk deh sekarang. 

Ribet juga kan ya jadi emak-emak yang lagi galau, mending pake AC atau kipas angin tapi anak jadi sakit, atau pilih gak pake AC atau kipas angin tapi kegerahan. 

Akhirnya saya cari cara untuk mensiasati agar cuaca panas yang kami rasakan tidak berkepanjangan. Khususnya ketika tidur. Apalagi sampai ketergantungan AC dan kipas angin, rasa-rasanya harus diatasi sesegera mungkin. 

Awalnya saya berpikir untuk mencari alas tidur yang berbahan dingin dan nyaman. Iyess SEPRAI-nya kudu diganti. 

Waktu tinggal di Bandung, saya gak masalah sama sekali sama yang namanya seprai. Mau bahannya panas atau adem (kata yang jual) saya gak teralu peduli. Yang penting motif dan warnanya saya suka. Karena toh ketika sampai ke rumah, seprai itu jadi dingin dengan sendirinya. 

Konsep pilih seprai sesukanya itu saya terapkan ketika hijrah ke Bogor sini. Tapi, ternyata gak bisa sama sekali dong. Waktu tidur makin panas gara-gara seprainya salah bahan, anak, emaknya, dan bapaknya makin uring-uringan karena kepanasan. Dan ujung-ujungnya seprainya dilepas. Gak dipake sama sekali dong T_____T. Jadi buat apa dibeli kalau gitu? 

Saya akhirnya nekat jalan ke pasar tradisional dan ke beberapa pusat perbelanjaan modern di Bogor. Beneran! Cuman buat cari seprai doang. Dan setiap awal mau beli pasti yang saya lakukan adalah pegang bahannya duluan, motif sama warna nanti dulu deh belakangan. 

Ada seprai yang murah, tapi aseli itu bahannya mirip banget sama bahan buat bikin spanduk. GAK MAU DONG. Ada yang agak mahalan dikit, tapi masih tetep, kasar dan panas kalau dipegang. Pencarian saya nyampe ke pasar tradisional samping stasiun Bogor. Cuman buat cari seprai yang bahannya sesuai sama keinginan, kata temen sih di pasar itu banyak pilihannya. 

Emang bener, disitu banyak juga pilihannya. Harganya juga lumayan terjangkau. Gak semahal yang ada di pusat perbelanjaan modern. Akhirnya saya bisa pilah-pilih seprai. Dan taaddaaa, akhirnya dapet juga seprai yang dicari. Bahannya lembut, nyaman, motifnya bagus, dan harganya terjangkau. Yess! 

Sampe rumah, langsung saya cobain seprainya. Mau ngerasain, apa saya gak salah pilih. Awal-awal saya pakai sih nyaman juga, lembut gitu bahannya, tapi lama-kelamaan ternyataaaa, panaassss jugaaa. Dengan berat hati, seprai itu pun kembali kami copot dan melanjutkan tidur tanpa seprai untuk ke sekian kalinya. OMAYGAD KELUARGAKU BEGINI AMAT. 

Jadinya tiap mau tidur itu ada drama dulu. PASANG SEPRAI-NGGAK-PASANG SEPRAI-NGGAK. Ampun banget ya? Mau tidur aja syuseh benerrr. 

Hingga akhirnya ada temen yang kasih tahu aku merk Seprai baru yang katanya bagus. Temen saya itu gak tahu permasalahan saya sebenernya, tapi ya kenapa moment ngasih tahunya NGEPAS BANGET GINI YA sama kegalauan saya soal bagaimana tidur nyaman di cuaca yang panas. *langsung sungkeman* 

“Ada seprai baru, merknya Shamira, and bla..bla..bla..” kata temen saya itu. 

Kebeneran amat, lagi cari seprai yang bisa dipake di sini. Supaya tidur gak kegerahan lagi. Supaya gak ada drama pengen copot-copot seprai kalau mau tidur. 

OK. Namanya Shamira. Berarti merk yang ini juga harus dicoba. Soalnya udah beberapa merk saya pake dan hasilnya belum maksimal juga, masih ada merk yang bahannya bikin panas kalau dipake tidur.

produk shamira bed linen


Jadi, intinya? 


Kalau mau tidur nyaman di cuaca panas itu, salah satu kuncinya adalah di seprai yang dipake tidur. Bahannya harus adem dan nyaman. Supaya gak ketergantungan sama AC dan kipas angin. 

Sampai saat ini saya masih dalam tahap pencarian sih, belum ada yang sreg di hati. Dan, kebeneran temen ada yang kasih tahu produk seprai baru namanya Shamira. *mudah-mudahan bisa ketemu di supermarket atau di pasar tradisional* 

Males banget kan kalau mau tidur harus ada drama copot seprai, kemudian membiarkan kasur jadi kumal karena sering gak dialasin. 

Sirkulasi udara di rumah juga perlu diperhatikan sih. Kalau bisa banyakin tempat keluar masuk udara (ventilasi). Supaya udara dari luar bisa masuk ke rumah dengan mudah dan juga banyak. Tapi jangan lupa, ventilasi di rumah dipakaikan jaring-jaring kawat (yang kecil-kecil) supaya nyamuk atau lalat gak ikut masuk ke dalam rumah.


Hadeuh kalau udah begini, rasanya...


PENGEN BALIK KE BANDUNGGG.




Ada yang pernah ngalamin juga? Atau mau kasih solusi? 

Share Yukk.

Mommy Diary: Kehamilan Usia 10 Minggu


"Ceritanya lagi hamil, Bu?"
"Iya, alhamdulillah. Sudah 10 minggu"


Yaa, alhamdulillah.

Saya hamil lagi (yang kedua) dengan usia kandungan kurang lebih 10 minggu. Setelah melakukan tes menggunakan test pack dan juga periksa ke bidan, akhirnya saya dinyatakan hamil. Awalnya saya ragu dengan hasil test pack, takutnya salah nge-test gitu, karena udah lama juga gak pake test pack. Malah waktu muncul dua strip saya masih bengong dan lupa kalau dua strip itu menunjukan hasil positif. Hihi.

Tanda-tanda Kehamilan

Awalnya saya gak ngeh sama sekali dengan tanda-tanda kehamilan. Karena memang haid saya yang tidak teratur (suka mundur seminggu setiap bulan) jadi ya santai aja gak dapet haid/telat, abis emang biasanya juga begitu. 

Nah, jadi waktu bulan September kemarin saya sempet sakit. Awalnya memang yang kerasa itu flu dan radang tenggorokan. Dan saya pun ke dokter. Dokter pun meng-iya-kan kalau saya radang tenggorokan.

Saya sama sekali gak ada feeling kalau saya lagi hamil, ya karena tadi, haid yang sering ngaret tiap bulannya. Jadi saya santai aja ke rumah sakit buat periksa ke dokter karena meriang yang tak kunjung sembuh.

Bahkan waktu dokter tanya, 

"Bu lagi hamil atau menyusui?"

Saya bilang, "nggak, Dok"



Kemudian saya pulang dari RS dan dapet obat dong. *Sebenernya saya takut juga sih, ini berarti kan saya lagi hamil malah minum obat dari dokter* 

Tapi karena "sakit" yang gak kunjung sembuh, akhirnya saya pikir lagi, beneran gak sih ini sakit biasa? Akhirnya saya berinisiatif untuk membeli test pack di mini market.

Daaaannn... tadaaaaa...

Hasilnya adalah DUA GARIS MERAH.

*kemudian bengong*



MABOK vs NGIDAM

Buat yang udah pernah hamil pasti deh ya ngalamin yang namanya mabok sama ngidam. Aduh istilahnya meuni mabok *kalau istilah medisnya mah Morning Sickness* 

Di kehamilan kedua ini, Morning Sickness saya jauh lebih parah dibanding kehamilan pertama. Bahkan waktu hamil pertama itu saya bisa dibilang HAMIL KEBO, gak berasa apa-apa. Di usia kandungan 8 minggu saya masih sanggup kemping di hutan.

Baca cerita Hamil saat Kuliah di sini

Du.. du.. duuhh 

Kalau hamil yang ini lain lagi deh ceritanya. Mualnya awalnya dari sore (bada Ashar sampai tengah malam) tapi makin kesini malah makin parah. Mual-mualnya dari bangun tidur, siang, sore, malem juga T_____T

Alhamdulillah sih gak sampe muntah-muntah, makanan tetap bisa masuk. Cuman ya mualnya ituh yang paling gak tahan. Serasa masuk angin sepanjang hari.

*Tapi sebelum ketahuan hamil, saya sempet naik motor dari Bogor ke Bandung loh. Cerita lengkapnya di sini.

Gak Bisa Makan Nasi

Ini lagi. Ternyata di kehamilan kedua ini saya gak bisa makan nasi. Setiap habis makan nasi langsung mual, meriang, sakit persendian, dan akhirnya gak bisa tidur. 

Sedih beud. Gak bisa makan nasi itu jadi susah juga. Harus cari makanan lain pengganti nasi. Saya sendiri lebih seneng ganti ke umbi-umbian. Atau lebih sering makan protein yang bikin kenyang macem tahu atau tempe. 

Etapi kalau makan nasi yang udah jadi lontong itu masih bisa, yang penting bukan nasi yang masih berbentuk nasi yang masih ngebul-ngebul itu loh. 

Ikan atau daging? 

Belum bisa masuk juga, saya lebih seneng makan sayuran. 

Sambil Ngurus si Calon Kakak

Ternyata hamil sambil ngurus balita yang lagi aktif itu syusahnya bukan main. Ya Alloh, saya kagum sama ibu yang bisa punya anak banyak dengan jarak antar anak yang gak terpaut jauh. Pasti ngalamin masa-masa sulit kek gini. 

Di saat mual makin hari makin jadi, si calon Kakak masih pengen dimanjain, pengen dianter ini itu, pengen dibikinin ini itu (padahal nyium bau masakan itu gak enak banget).

Ujiannya seorang ibu banget -_____- kadang kalau gak tahan sama mual ditambah si calon kakak lagi rewel, emaknya jadi ikutan stres dan uring-uringan. Bawaanya pengen ngomel-ngomel *aduh gusti* *astagfirullah*


Blog Jarang diupdate

Karena mual yang belum usai ini, akhirnya keteteran juga nge-blognya. Biasanya minimal tiga kali seminggu blog ini diupdate, ternyata oh ternyata. Buka laptop pun sulit sekali. Paling bisa OL itu via HP aja, Facebook-an atau blogwalking. 

Makanya ada temen sesama blogger yang nanyain, "kemana aja?" "Kok udah lama gak update blog?" terharu juga sih ada yang masih perhatian sama si sayahh ini. *peyuk satu-satu* 

Insya Alloh, kalau mualnya sudah reda, nge-blognya bakal ON lagi, seperti sedia kala. Huhuhuuuuu. 


Ukuran Janin dan Keadaan Ibu

Kalau browsing-browsing sih, usia kehamilan 10 minggu ini, berat janin masih sekitar 2-3 gram, dengan panjang 2-3 cm (wah masih mungil banget ya) jadi badan ibunya juga belum terlihat membesar di bagian perutnya. Masih disangka belum hamil deh pokoknya.

Organ vital dan tulang punggung janin juga sudah mulai berkembang di usia ini. Mata dan gigi juga mulai terbentuk, janin juga sudah mulai bisa mendengar. Wah, subhanalloh ya.

Saya sendiri sebagai seorang ibu, ternyata banyak perubahan juga *ya iya lah ya karena hormon juga yang berubah, dan ada "makhluk" berada di dalam tubuh kita, otomatis penyesuaian pasti dilakukan.

Apa aja yang saya rasakan?

1. Mual sepanjang hari.
2. Mood yang gak karu-karuan.
3. Bawaannya pengen diem/tidur, males-malesan. 
4. Kepingin makanan tertentu (bukan semata ngidam, tapi menghindari mual semakin parah aja).
5. Kepingin lebih diperhatikan. Baik sama suami atau sama keluarga ya, jadi lebih ogoan begitu lah kira-kira.
6. Cepat lelah. Aduh ini beneran, bergerak atau jalan sedikit langsung keringet dingin, gak enak badan, pusing. 
7. Ingin sering dihibur. Iyess banget, apalagi pas ngebayangin nanti hari H persalinan, kadang juga bikin sedikit takut *kebayang persalinan pertama dulu* 


Suami is the Best Partner

Senangnya kalau punya suami yang pengertian, apalagi bisa bantu-bantu pekerjaan yang biasanya dilakukan sama istrinya. Minimal bisa bantu momong si calon Kakak rasanya udah bersyukur pisaannn.

Walau kadang suami juga udah capek kerja seharian, tapi kalau masih bisa bantuin plus ngasih makanan yang gak bikin mual itu rasanyaaa beneran senenggg bangettt. 

Dan suami yang pengertian itu juga bisa bikin mood lebih baik, jauh dari stres, Insya Alloh.


Haaa... udah ah segitu aja curhatnya. Buka laptop masih belum bisa tahan lama. Mudah-mudahan bisa cepet sehat lagi, aamiin. Bisa ngeblog lagi, aamiin. Bisa dapet Job review lagi *eh* Aaamiinn jugaa.. 


Makasih yaa udah mau baca, ada yang mau berbagi pengalaman juga waktu hamil 10 minggu? Mau dong denger ceritanyaaa. 



Mommy Diary: Kehamilan Usia 10 Minggu


"Ceritanya lagi hamil, Bu?"
"Iya, alhamdulillah. Sudah 10 minggu"


Yaa, alhamdulillah.

Saya hamil lagi (yang kedua) dengan usia kandungan kurang lebih 10 minggu. Setelah melakukan tes menggunakan test pack dan juga periksa ke bidan, akhirnya saya dinyatakan hamil. Awalnya saya ragu dengan hasil test pack, takutnya salah nge-test gitu, karena udah lama juga gak pake test pack. Malah waktu muncul dua strip saya masih bengong dan lupa kalau dua strip itu menunjukan hasil positif. Hihi.

Tanda-tanda Kehamilan

Awalnya saya gak ngeh sama sekali dengan tanda-tanda kehamilan. Karena memang haid saya yang tidak teratur (suka mundur seminggu setiap bulan) jadi ya santai aja gak dapet haid/telat, abis emang biasanya juga begitu. 

Nah, jadi waktu bulan September kemarin saya sempet sakit. Awalnya memang yang kerasa itu flu dan radang tenggorokan. Dan saya pun ke dokter. Dokter pun meng-iya-kan kalau saya radang tenggorokan.

Saya sama sekali gak ada feeling kalau saya lagi hamil, ya karena tadi, haid yang sering ngaret tiap bulannya. Jadi saya santai aja ke rumah sakit buat periksa ke dokter karena meriang yang tak kunjung sembuh.

Bahkan waktu dokter tanya, 

"Bu lagi hamil atau menyusui?"

Saya bilang, "nggak, Dok"



Kemudian saya pulang dari RS dan dapet obat dong. *Sebenernya saya takut juga sih, ini berarti kan saya lagi hamil malah minum obat dari dokter* 

Tapi karena "sakit" yang gak kunjung sembuh, akhirnya saya pikir lagi, beneran gak sih ini sakit biasa? Akhirnya saya berinisiatif untuk membeli test pack di mini market.

Daaaannn... tadaaaaa...

Hasilnya adalah DUA GARIS MERAH.

*kemudian bengong*



MABOK vs NGIDAM

Buat yang udah pernah hamil pasti deh ya ngalamin yang namanya mabok sama ngidam. Aduh istilahnya meuni mabok *kalau istilah medisnya mah Morning Sickness* 

Di kehamilan kedua ini, Morning Sickness saya jauh lebih parah dibanding kehamilan pertama. Bahkan waktu hamil pertama itu saya bisa dibilang HAMIL KEBO, gak berasa apa-apa. Di usia kandungan 8 minggu saya masih sanggup kemping di hutan.

Baca cerita Hamil saat Kuliah di sini

Du.. du.. duuhh 

Kalau hamil yang ini lain lagi deh ceritanya. Mualnya awalnya dari sore (bada Ashar sampai tengah malam) tapi makin kesini malah makin parah. Mual-mualnya dari bangun tidur, siang, sore, malem juga T_____T

Alhamdulillah sih gak sampe muntah-muntah, makanan tetap bisa masuk. Cuman ya mualnya ituh yang paling gak tahan. Serasa masuk angin sepanjang hari.

*Tapi sebelum ketahuan hamil, saya sempet naik motor dari Bogor ke Bandung loh. Cerita lengkapnya di sini.

Gak Bisa Makan Nasi

Ini lagi. Ternyata di kehamilan kedua ini saya gak bisa makan nasi. Setiap habis makan nasi langsung mual, meriang, sakit persendian, dan akhirnya gak bisa tidur. 

Sedih beud. Gak bisa makan nasi itu jadi susah juga. Harus cari makanan lain pengganti nasi. Saya sendiri lebih seneng ganti ke umbi-umbian. Atau lebih sering makan protein yang bikin kenyang macem tahu atau tempe. 

Etapi kalau makan nasi yang udah jadi lontong itu masih bisa, yang penting bukan nasi yang masih berbentuk nasi yang masih ngebul-ngebul itu loh. 

Ikan atau daging? 

Belum bisa masuk juga, saya lebih seneng makan sayuran. 

Sambil Ngurus si Calon Kakak

Ternyata hamil sambil ngurus balita yang lagi aktif itu syusahnya bukan main. Ya Alloh, saya kagum sama ibu yang bisa punya anak banyak dengan jarak antar anak yang gak terpaut jauh. Pasti ngalamin masa-masa sulit kek gini. 

Di saat mual makin hari makin jadi, si calon Kakak masih pengen dimanjain, pengen dianter ini itu, pengen dibikinin ini itu (padahal nyium bau masakan itu gak enak banget).

Ujiannya seorang ibu banget -_____- kadang kalau gak tahan sama mual ditambah si calon kakak lagi rewel, emaknya jadi ikutan stres dan uring-uringan. Bawaanya pengen ngomel-ngomel *aduh gusti* *astagfirullah*


Blog Jarang diupdate

Karena mual yang belum usai ini, akhirnya keteteran juga nge-blognya. Biasanya minimal tiga kali seminggu blog ini diupdate, ternyata oh ternyata. Buka laptop pun sulit sekali. Paling bisa OL itu via HP aja, Facebook-an atau blogwalking. 

Makanya ada temen sesama blogger yang nanyain, "kemana aja?" "Kok udah lama gak update blog?" terharu juga sih ada yang masih perhatian sama si sayahh ini. *peyuk satu-satu* 

Insya Alloh, kalau mualnya sudah reda, nge-blognya bakal ON lagi, seperti sedia kala. Huhuhuuuuu. 


Ukuran Janin dan Keadaan Ibu

Kalau browsing-browsing sih, usia kehamilan 10 minggu ini, berat janin masih sekitar 2-3 gram, dengan panjang 2-3 cm (wah masih mungil banget ya) jadi badan ibunya juga belum terlihat membesar di bagian perutnya. Masih disangka belum hamil deh pokoknya.

Organ vital dan tulang punggung janin juga sudah mulai berkembang di usia ini. Mata dan gigi juga mulai terbentuk, janin juga sudah mulai bisa mendengar. Wah, subhanalloh ya.

Saya sendiri sebagai seorang ibu, ternyata banyak perubahan juga *ya iya lah ya karena hormon juga yang berubah, dan ada "makhluk" berada di dalam tubuh kita, otomatis penyesuaian pasti dilakukan.

Apa aja yang saya rasakan?

1. Mual sepanjang hari.
2. Mood yang gak karu-karuan.
3. Bawaannya pengen diem/tidur, males-malesan. 
4. Kepingin makanan tertentu (bukan semata ngidam, tapi menghindari mual semakin parah aja).
5. Kepingin lebih diperhatikan. Baik sama suami atau sama keluarga ya, jadi lebih ogoan begitu lah kira-kira.
6. Cepat lelah. Aduh ini beneran, bergerak atau jalan sedikit langsung keringet dingin, gak enak badan, pusing. 
7. Ingin sering dihibur. Iyess banget, apalagi pas ngebayangin nanti hari H persalinan, kadang juga bikin sedikit takut *kebayang persalinan pertama dulu* 


Suami is the Best Partner

Senangnya kalau punya suami yang pengertian, apalagi bisa bantu-bantu pekerjaan yang biasanya dilakukan sama istrinya. Minimal bisa bantu momong si calon Kakak rasanya udah bersyukur pisaannn.

Walau kadang suami juga udah capek kerja seharian, tapi kalau masih bisa bantuin plus ngasih makanan yang gak bikin mual itu rasanyaaa beneran senenggg bangettt. 

Dan suami yang pengertian itu juga bisa bikin mood lebih baik, jauh dari stres, Insya Alloh.


Haaa... udah ah segitu aja curhatnya. Buka laptop masih belum bisa tahan lama. Mudah-mudahan bisa cepet sehat lagi, aamiin. Bisa ngeblog lagi, aamiin. Bisa dapet Job review lagi *eh* Aaamiinn jugaa.. 


Makasih yaa udah mau baca, ada yang mau berbagi pengalaman juga waktu hamil 10 minggu? Mau dong denger ceritanyaaa.