Topik ini sebenernya udah basi! Basi banget!
Tapi tak apalah, apa daya. Kalau saya masih penasaran kalau belum menuliskannya pada seonggok website 'amatiran' ini.
Suatu hari,
Seorang blogger memposting sebuah gambar. Gambar hasil capture dari sebuah majalah yang sudah sangat terkenal se-Indonesia raya. Isinya adalah sebuah tulisan dari redaksi majalah tersebut.
Kurang lebih isi tulisannya begini:
Saya tergerak untuk menulis mengenai labelling yang terasa berlebihan saat ini. Begitu mudah kita menempelkan suatu profesi hanya karena melakukan satu dua pekerjaan saja. Menyebut diri blogger hanya karena punya blog (padahal tidak update juga). Satu dua kali menulis menyebut diri penulis, sesekali berpergian melabeli diri traveler, bikin satu dua koleksi busana sudah menjadi desainer, dan seterusnya.
Mungkin ini urusan pribadi, namun di ranah profesional hal ini sulit dibenarkan. penghargaan terhadap mereka yang betul-betul berprofesi itu menjadi terabaikan. Apalagi ketika mereka kalah 'pamor' dengan para wannabe ini yang populer di ranah maya. Selalu ada proses yang dilewati untuk boleh memakai label profesi tertentu, kalau mau pekerjaan itu disandang dalam jangka waktu lama. Tidak hanya musiman atau ikut-ikutan tren.
Happy Thursday
Begitu kira-kira isi tulisannya.
Saya gak nyinyir sama tulisan redaksi majalah tersebut, karena saya sendiri orang yang cuek bebek mereketektek dan gak terlalu peduli/pusing dengan apa kata orang selama apa yang saya jalani tidak menyalahi aturan hukum agama dan hukum negara. titik.
Tapi ada salah satu yang mengganggu saya itu, 'menyebut diri blogger karena hanya punya blog' lah terus harus nyebutnya apa? ada masukan?
Itu aja sih.
Sisanya saya gak peduli peduli amat. Setiap orang punya sudut pandang yang berbeda tentang hal ini. Tentang profesional dan amatiran.
Lalu, kenapa saya mau nulis tentang ini? katanya gak peduli?
Jadi, ceritanya begini. Suatu hari saya pergi ke toko buku dan menemukan sebuah buku yang ditulis oleh seorang penulis (entah profesional atau amatiran). *Karena kalau gak salah bukunya baru dua biji*
Awalnya saya kira ini buku biasa, tapi ternyata memang buku biasa. Tetapi isinya lah yang LUAR BIASA. Buku ini ditulis oleh seorang Blogger asal Amerika Serikat, Austin Kleon.
Saya tergelitik dan akhirnya flashback ke tulisan redaksi di majalah yang famous itu tentang sang profesional dan sang amatiran, ketika membaca sub Bab yang berjudul 'Jadilah Amatir'.
Berikut tulisan pada sub bab tersebut:
Kita semua takut dianggap amatir. Apa sih arti amatir sebenarnya? Dalam bahasa Perancis, kata 'amateur' berarti 'pencinta'. Mereka adalah orang yang melakukan sesuatu atas dasar kesenangan, memperjuangkan karya dengan semangat cinta, tanpa menghiraukan potensi kesohoran, uang, atau karir -keuntungan yang kerap didapatkan oleh para profesional.
Oleh karena itu, tidak banyak yang dipertaruhkan, para amatir bersedia mencoba apa saja dan berbagi hasilnya. Mereka mengambil kesempatan, bereksperimen dan mengikuti naluri. Kadang, dalam proses mengerjakan sesuatu secara tidak profesional, mereka menemukan hal-hal baru. "Dalam benak pemula, ada banyak kemungkinan," kata rahib Zen Shunryu Suzuki. "Kemungkinan itu hanya sedikit di benak para pakar".
Amatir tidak takut salah atau tampak memalukan di muka umum. Mereka tidak ragu melakukan pekerjaan konyol atau bahkan bodoh. "Hal paling menggelikan dalam tindakan kreatif pun tergolong tindakan kreatif," tulis Clay Shirky dalam bukunya Cognitive Surplus.
"Dalam dunia kerja kreatif, perbedaan antara jelek dan bagus sangat luas. Penilaian sebuah karya tidak berasal dari ukuran-ukuran yang sempit dan absolut. Kalaupun karyamu belum termasuk bagus, selalu ada kesempatan untuk berlatih. Tak ada beda antara bagus dan jelek. Yang membedakan adalah berkarya dan tidak berkarya. Amatir tahu bahwa menyumbangkan sesuatu lebih baik daripada tidak sama sekali.
Amatir mungkin tidak mengenyam pendidikan formal, tetapi mereka menjadi pembelajar seumur hidup. Mereka belajar secara terbuka sehingga orang lain dapat belajar dari keberhasilan dan kegagalan mereka. Penulis David Foster Wallace menyatakan bahwa nonfiksi yang bagus adalah kesempatan untuk "mengamati seseorang yang cukup cerdas dan berpikir sangat mendalam mengenai berbagai hal daripada yang sempat kita lakukan dalam keseharian".
Itulah amatir, mereka hanya orang biasa yang terobsesi pada sesuatu dan menghabiskan waktu untuk memikirkannya.
Dunia ini berubah begitu cepat sehingga mengharuskan kita semua menjadi amatir. Bahkan bagi profesional, cara terbaik untuk berkembang adalah meraih kembali semangat amatir, lalu merengkuh ketidakjelasan dan keterasingan.
Sampai disini saya tidak terlalu ingin banyak berkata apa-apa lagi. Saya sepakat sepenuhnya dengan apa yang dituliskan oleh Austin.
Kesimpulan saya untuk diri sendiri sebagai blogger amatiran ini adalah:
Dunia terus berubah, dan perubahan tidak mengenal diri seorang profesional atau amatiran. Semua harus bergerak, karena yang tak bergerak akan tergerus dan terlupakan.
Bagi saya, menjadi blogger bukan tentang dari amatir menjadi profesional, tetapi tentang berkarya atau tidak. Dan bagi saya, nge-blog adalah bersenang-senang (dan sekarang dengan semangat amatiran yang tetap harus dijaga).
Ngeblog dengan cinta dan penuh rasa suka, abai terhadap standar dan kesempurnaan, rasa-rasanya akan jadi prinsip saya untuk terus berkembang dan berkarya lewat blog ini.
"Begitulah kita semua: Amatir. Umur kita terlalu pendek
untuk menjadi yang lain"
-Charlie Chaplin-
Kalau kamu gimana? Tulis isi hatimu di kolom komentar ya :)
Tidak ada komentar