Diberdayakan oleh Blogger.

Mengapa Aku di-Bully?



Kasus Nadhira, siswi Sekolah Menengah Pertama yang sudah hilang selama sepekan dan kemudian ditemukan oleh supir angkot di Stasiun Kota Jakarta Barat, sekarang menjadi buah bibir. Media online, cetak, televisi, ramai-ramai memberitakan kasus siswa SMP yang nekat kabur lantaran merasa dibully oleh teman-teman sekolahnya.

Kasus bullying di sekolah ini bukan yang pertama, apalagi di luar negeri. Kasus remaja bunuh diri ditemukan di Amerika, Kanada, Inggris, Korea Selatan, Jepang. Di Negara-negara tersebut banyak remaja melakukan bunuh diri karena di bully di sekolah. Di Indonesia sendiri pernah terjadi dua kasus di Jakarta, siswi berinisial L (15 thn)  dan F (13 thn) yang berdomisili di Jakarta dan Bekasi yang nekat melakukan aksi bunuh diri dengan cara gantung diri karena dibully di sekolah. 


Ngeri? Banget.


Saya sendiri pernah menyaksikan sendiri 'kejam'nya perilaku remaja sekarang dalam membully temannya sendiri. Sore itu saya dan suami sedang mengendarai motor berdua, di hadapan kami ada remaja putri yang sedang melintas dengan bergerombol.

"Plaaakk" 

Seorang remaja putri memukul (istilah noyor kepala apa ya) kepala seorang temannya, dilanjutkan dengan menarik jilbabnya dengan keras, dan kemudian berteriak:

"Anj**g luu"

Remaja putri yang menjadi korban 'kekerasan' itu hanya diam saja, tidak membalas, dan tetap berjalan mengikuti kelompoknya. 

"Astagfirullah, udah kayak di sinetron ya, Bi"

"Iya"

*speechless*

Kami berkesimpulan bahwa remaja putri tersebut jadi sasaran/korban bully oleh teman-temannya. Perilaku temannya yang kasar dan emosian hanya diterima begitu saja, tidak ada perlawanan, dan saya yakin di dalam lubuk hatinya pasti sudah nangis darah, cuman gak bisa dikeluarin. Hanya bisa dipendam, dan suatu saat pasti menjadi bom waktu.


Pernah Merasakan di-Bully

Persis ketika SMP saya pun pernah menjadi sasaran bully dari teman-teman saya. Yang namanya ABG, punya gebetan, pacaran, adalah hal yang lumrah. Mereka saling sikut untuk dapat perhatian dari cowok-cowok yang dianggap keren di sekolah. 

Saya sendiri gak mau ikutan. Pertama, saya emang gak mau pacaran. Kedua, saya pernah merasa minder ketika SMP, jadi merasa gak pede buat bergaul sama temen-temen yang dianggap anak gaul di sekolah, apalagi bergaul sama cowok. Gak banget. 

Dari situ saya jadi SASARAN BULLY temen-temen. Dianggap kurang gaul, payah, gak bisa punya pacar, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan indikator kesuksesan menjadi remaja pada umumnya. Waktu itu saya udah nyadar bahwa "OKE FIX, GUE DIBULLY".

Sampai suatu waktu, saya selalu bawa  Iphone Walk Man ke sekolah. Buat apa? supaya ketika di jalan pas pulang sekolah, saya gak bisa denger ocehan mereka lagi. 


Dampak Langsung dan Tidak Langsung

Dampak langsung akibat bully yang saya rasakan adalah rasa minder yang luar biasa dahsyat, kita jadi merasa gak layak berada di lingkungan pergaulan, merasa gak percaya diri, merasa gak punya temen, dan pastinya SAKIT HATI. Dan kalau kita kurang iman, ujung-ujungnya kita akan menjadi makhluk yang pendendam, dan yang lebih fatal adalah bunuh diri. 

Dampak tidak langsung akibat bully adalah kita akan memiliki MINDSET bahwa untuk menghindari Bully, kita juga harus menjadi PEMBULLY itu sendiri. Parah kan? 
Secara tidak sadar, ketika saya masuk ke sebuah lingkungan pergaulan baru, saya akan cenderung 'pasang kuda-kuda' dan bersiap untuk menjadi 'pembully' duluan, karena takut/trauma saya akan dibully lebih dulu. Tapi alhamdulillah sekarang udah sadar bahwa mindset itu gak bener. 

Hasil studi yang dilakukan National Youth Violence Prevention Resource Center Sanders (2003; dalam Anesty, 2009) menunjukkan bahwa bullying dapat membuat remaja merasa cemas dan ketakutan, mempengaruhi konsentrasi belajar di sekolah dan menuntun mereka untuk menghindari sekolah. Bila bullying berlanjut dalam jangka waktu yang lama, dapat mempengaruhi self-esteem siswa, meningkatkan isolasi sosial, memunculkan perilaku menarik diri, menjadikan remaja rentan terhadap stress dan depresi, serta rasa tidak aman. Dalam kasus yang lebih ekstrim, bullying dapat mengakibatkan remaja berbuat nekat, bahkan bisa membunuh atau melakukan bunuh diri (commited suicide).

Coloroso (2006) mengemukakan bahayanya jika bullying menimpa korban secara berulang-ulang. Konsekuensi bullying bagi para korban, yaitu korban akan merasa depresi dan marah, Ia marah terhadap dirinya sendiri, terhadap pelaku bullying, terhadap orang-orang di sekitarnya dan terhadap orang dewasa yang tidak dapat atau tidak mau menolongnya. Hal tersebut kemudan mulai mempengaruhi prestasi akademiknya. Berhubung tidak mampu lagi muncul dengan cara-cara yang konstruktif untuk mengontrol hidupnya, ia mungkin akan mundur lebih jauh lagi ke dalam pengasingan. (sumber)


Learning by Process

Seiring proses pendewasaan, saya menemukan dan merasakan bahwa perilaku bully ini bisa dilakukan oleh siapapun, dan banyak faktor yang membuat orang bisa membully orang lain. 

Ini adalah salah satu bentuk self-help yang saya lakukan agar terbebas dari bully dan dampak dari bullying itu sendiri. 


Diri Sendiri

Saya sendiri 'bertahan' dari jerat bully ini dengan cara mencoba mencari lingkungan pergaulan/teman yang lebih baik. Yang menghargai arti pertemanan dan menghargai satu sama lain. 

Kemudian, kita harus mempunyai sikap tegas untuk melawan, dalam hal ini bukan berarti melawan dari sisi fisik semata, tapi kita harus memiliki ketegasan sikap ketika berteman. Jangan biarkan orang lain mengobrak-abrik harga diri kita. Semakin kita lemah dan tidak tegas, pelaku bully akan makin bahagia, karena pada dasarnya seorang pembully itu memerlukan orang yang lemah untuk dibully. Jadi, ketika kita sudah diperlakukan secara sewenang-wenang baik secara fisik maupun mental, segera TINGGALKANLAH lingkungan pertemanan seperti itu. 


Orang Tua dan Guru

Menginjak usia remaja, orang tua dan guru harus benar-benar memposisikan diri sebagai teman curhat bagi siswa. Orang tua dan guru harus bisa tampil sebagai sosok yang mudah diajak bicara, tidak mudah men-judge, tidak mudah marah, rasional dalam menghadapi permasalahan remaja, dan mampu memberikan dukungan dan solusi. Dan sebagai remaja, kita juga harus berani berbicara kepada orang dewasa, jangan memendam masalah sendiri. 


Teman

Pilih teman yang benar-benar bisa membawa kita kepada kebaikan, jangan bergantung pada satu orang. Mandiri dan supel, kita harus bisa melakukan banyak hal tanpa bergantung kepada orang lain, percaya diri, dan kita juga harus mampu berkomunikasi dengan banyak orang agar kita  memiliki teman lain di luar teman sekolah. 



Saya teringat ketika acara Hitam Putih di Trans 7 ketika itu mewawancarai ibu seorang bayi bernama Raffi yang tidak memiliki saluran pengeluaran, ketika itu sang ibu diwawancarai mengenai kondisi sang bayi, tapi lama kelamaan justru sang ibu lah yang curcol di tv bahwa ia adalah seorang korban bully ketika sekolah. Ia dipaksa hujan-hujanan di lapangan tanpa tahu apa kesalahannya. Hal ini jelas bahwa bullying adalah sesuatu yang sangat traumatik, dan jika tidak dilakukan penyembuhan akan berakibat buruk dan menorehkan luka yang mendalam.


Banyak remaja yang ketakutan dalam diam, karena merasa malu, dan tidak percaya diri yang luar biasa. Orang dewasa lah yang berkewajiban 'menolong' mereka. Menjadi sahabat yang baik, menjadi supporter handal, jangan biarkan masa remaja mereka hilang hanya karena bully dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.



Semoga bermanfaat :)







9 komentar

  1. Sedih ya Mak, kalo bullying bawa-bawa orang tua. Sejak kecil emang didikan orang tua terhadap lisan anak harus mantep ya Mak, supaya gak ada kasus bully-bully an lagi.. :)

    BalasHapus
  2. ya Mak, apalagi sekarang di sinetron-sinetron di ajarin cara bully yang lebih keren. *astabjim* Ortu, guru, media, pemerintah semua wajib bertanggung jawab sebenernya..

    BalasHapus
  3. hallo.. siapapun dsna.. salam kenal ya..

    ketika kita dibully cara terbaik utk melawannya adalah dgn menunjukan diri kita ini tdk layak dibully.. sprti berkarya, berprestasi. kemudian cari teman atau pergaulan yg baik. sy sndiri waktu sma gabung di rohis sekolah. alhamdulillah punya tmn yg positif semua. selanjutnya kuatkan hati, yakinlah bahwa diri kita ini adalah makhluk ciptaanNya yg tentu pnya potensi. Jangan lupa berdoa selalu, meminta kekuatan dan perlindungan Allah swt. dan yakin bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.

    BalasHapus
  4. aduh duh zaman skrg tk aja udh main bully gitu ya.. kalo dipikir-pikir kok bs anak sekecil itu berlaku kurang baik atau diluar norma kebaikan..

    kalau menurut sy tiap anak beda2 karakter, anak sy cnderung terbuka, ada masalah sedikit juga pasti cerita, pdhl msh 4 thn.
    kalau utk anak yg tertutup mungkin sulit utk bicara, tapi pasti dlm hatinya pasti marah dan sakit.

    menurut sy, org tua dan guru hrs bekerja lebih menangani masalah yg terjadi, jgn smpai traumatiknya terbawa smpai besar. Kalau bisa dicari akar mslhnya d sekolah, ketika proses bully terlihat, guru yg dekat dgn anak hrs segera mengambil tindakan, apalagi kpd teman2 yg suka melakukan kekerasan fisik atau verbal.


    semoga dikuatkan ya mbak, si kecil kembali bahagia di sekolah :)

    BalasHapus
  5. ok kalau begitu salam kenal F :)


    sekiranya curhat membuat lega silakan saja curhat sepuasnya di sini.


    bully adlh mslh hidup, sy pernah merasakan dan alhamdulillah bs bertahan dan keluar dr jerat bully.

    kita harus memperkuat karakter baik dlm diri kita sih. Karena muslim yg kuat lbh disukai drpd muslim yg lemah. Ya mungkin hikmahnya agar kita tdk direndahkan org lain.



    setiap masalah pasti ada jalan keluar, dan allah tdk akan mmberi ujian diluar kemampuan hambaNya.

    jadi percayalah, kalau suatu saat masalah kita pasti akan menemukan solusi. :)

    BalasHapus
  6. wah memang bully itu membekas, ga enak rasanya, dan pasti kita gemes sendiri klo ada org yg suka membully org lain

    BalasHapus
  7. iya mbak sy paham betul perasaan mbak, apalagi kejadian serupa pernah terjadi kpd kita sbg org tua, dan sebisa mungkin tdk terjadi kpd anak2 kita.

    kalau sekiranya sekolah dan lingkungan yg skrg tdk mndukung perkembangan anak mmg lbh baik kita hijrah k tempat yg lbh baik, semata utk menjaga agar anak kita tdk terpapar hal negatif.


    semangat Mbak, semoga segera ditemukan jalan terbaik, aamiin :)

    BalasHapus
  8. kalau kata aq sih mbak segala macam bntuk tekanan dan intimidasi yg bikin org lain stres dan gak nyaman termasuk bully. Dan kalo ngebekas di hati tuh rasanya emang ga enak bgt, pernah diremehin org, pernah ditindas org. Walaupun masih anak-anak dpt tindakan ky gtu pasti jd beban pikiran, sampe nangis ngurung diri pasti merasa takut dan sakit hati.

    BalasHapus
  9. heu emang ada aja ya anak-anak rese model begitu. Bikin males bergaul sama ke $ekolah..

    BalasHapus