Biasanya hari Jum’at kan waktunya Weekend Review, tapi ini
ceritanya lagi sok-sok ter-Mario Teguh Golden Ways gitu.
Maaf yak postingannya agak gimana gitu. Pikirannya lagi
ngelantur, cuman pengen curhat aja di blog sendiri, syukur-syukur ada yang mau
baca sambil peluk bantal.
-----
Waktu SMA dulu, saya pernah nyeletuk,
“Seandainya bisa sehari aja masuk ke tubuh orang lain, trus
ngerasain gimana rasanya jadi dia”
Tiba-tiba guru saya bilang,
“Kenapa harus jadi orang lain? Itu namanya kurang bersyukur.”
Glek.
Sebenernya saya gak maksud ngomong begitu untuk merasa sedih,
apalagi kurang syukur. Sungguh deh bukan gitu tujuannya. Saya hanya sedang
berimajinasi gimana rasanya jadi orang lain sebatas penasaran bagaimana
menjalani hidup versi orang lain.
Tapi, mungkin tanggapan guru saya itu adalah reaksi spontan,
dan mengarah pada ‘rasa kurang syukur akan diri sendiri’ apalagi mungkin liat
anak SMA itu lagi labil banget dan kadang krisis kepercayaan diri.
Ungkapan rumput tetangga kelihatan lebih hijau memang ada
benarnya. Ada masanya kadang kita melihat orang lain jaauuhhhh lebih segalanya
dibanding kita. Lebih sukses, lebih kaya, lebih berkedudukan, jabatannya
tinggi, keluarganya ningrat, and bla bla bla.
Saya jadi ingat sebuah qoutes, bahwa ketika kita melihat
orang lain jauh lebih ‘sukses’ versi kita. Kita sendiri nggak pernah tahu apa yang
ia alami 5 tahun, 10 tahun, atau bahkan 20 tahun ke belakang. Yang kita lihat
ya sebatas dia sekarang.
Begitupun kita, kadang kita jarang banget mengapresiasi diri.
Jarang kita flashback ke belakang. Sebenarnya tangga apa saja yang kita lalui
kemudian bertanya,
“Apa benar sekarang ini saya orang yang gagal dan
mengenaskan?”
Bandingkan kita 5 tahun yang lalu atau 10 tahun yang lalu.
Boleh jadi, kehidupan yang kita jalani ini adalah sebuah cita-cita dan impian
hidup kita 5 tahun atau 10 tahun yang lalu itu. Cobalah kita inget dulu
baik-baik.
Dulu, waktu masih awal nikah, saya dan suami gak pernah
kebayang hidup hingga hari ini, hingga detik ini. Allah memberikan banyak
kejutan-kejutan yang manis, menegangkan, dan butuh ditaklukan.
Dengan kondisi zaman dulu, saya selalu berpikir ingin hidup
seperti A, B, C, D. Ya ideal lah pokoknya. Dan kalau diraba-raba lagi, ternyata
impian saya waktu itu adalah kehidupan saya saat ini.
Manusia seperti saya ini ternyata banyak lupanya, mungkin
bawaan usia kali yaa.
Okelah sekarang konteks ‘Menjadi Orang Lain’ adalah sikap
atau keinginan saya untuk menjadi orang lain yang notabene lebih ini-itu-nya. Kemudian
saya merasa ditimpuk oleh Allah SWT. Saya kok amnesia amat jadi manusia.
Padahal Allah udah kasih semua yang saya mau. Tapi masih ingin ‘jadi yang lain’.
Saya gak yakin di dalam hidup ini ada yang sudah puas dengan
hidupnya. Bahkan saya pernah baca sebuah berita kalau ada seorang miliarder
yang menghibahkan seluruh hartanya, kemudian dia hidup ‘menggembel’ sendirian,
tapi konon katanya justru ia hidup lebih bahagia.
Disaat kita
menginginkan kehidupan layaknya orang lain, mungkin di luar sana, ada seseorang
yang sedang menginginkan kehidupan yang kita miliki.
Duh, jadi pusing ini saya. Tulisannya ngalor ngidul tanpa
tujuan. Tapi intinya sih gitu. Saya pengen cerita aja, kalau seringkali saya
ini kurang syukur, dan seharusnya gak boleh gitu.
Yaudah deh selamat hari Jum’at. Semoga hari ini syukur kita
bertambah kuat.